Mendikbudristek Dorong Penguatan Karakter Siswa Melalui Pemahaman Mendalam Al-Qur'an di Bulan Ramadan
Mendikbudristek Dorong Penguatan Karakter Siswa Melalui Pemahaman Mendalam Al-Qur'an di Bulan Ramadan
Momentum Nuzulul Quran pada 17 Ramadan 1446 H/ 17 Maret 2025 menjadi titik refleksi penting bagi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Abdul Mu'ti, untuk menekankan pentingnya penguatan karakter siswa melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Al-Qur'an. Dalam sebuah tausiyah daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Kemendikbudristek, Mendikbudristek mengajak seluruh siswa untuk meningkatkan minat baca dan menggali makna Al-Qur'an yang jauh melampaui sekadar teks suci.
Mu'ti menekankan bahwa membaca Al-Qur'an bukan semata-mata ritual keagamaan, melainkan ibadah yang memiliki dampak mendalam terhadap pembentukan karakter. Lebih dari sekadar penghafalan, pemahaman akan isi dan kandungan Al-Qur'an akan membentuk pribadi siswa yang lebih bijak, bertanggung jawab, dan terhindar dari sikap ceroboh. Beliau menjelaskan, "Al-Qur'an mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang teliti dan bertanggung jawab dalam setiap tindakan. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya akan menjadi benteng pertahanan melawan perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain."
Lebih lanjut, Mendikbudristek menjelaskan betapa Al-Qur'an juga menjadi sumber inspirasi tak terbatas bagi siswa dalam memahami lingkungan sekitar. Melalui pengamatan terhadap alam dan peristiwa di sekitarnya, disertai dengan introspeksi diri, siswa dapat mengaplikasikan ajaran Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan memicu kreativitas dan inovasi dalam diri siswa untuk berkontribusi positif bagi masyarakat.
Dalam tausiyahnya, Mu'ti juga mendorong siswa untuk memanfaatkan waktu luang selama bulan Ramadan, termasuk masa liburan sekolah, untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur'an. Beliau menuturkan, "Momentum Ramadan merupakan kesempatan emas untuk memperdalam pemahaman dan pengamalan ajaran Al-Qur'an, sehingga dapat membentuk karakter yang unggul dan berakhlak mulia." Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memahami proses Nuzulul Quran itu sendiri, sebagai peristiwa turunnya wahyu secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.
Memahami proses tersebut, lanjut Mu'ti, dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam dan peran Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan ajaran tersebut. Selain itu, proses penyampaian wahyu secara bertahap dan penulisan ayat Al-Qur'an oleh para sahabat juga mengajarkan pentingnya proses belajar yang terstruktur dan kolaboratif. Ini memberikan inspirasi bagi dunia pendidikan modern untuk menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan melibatkan partisipasi aktif para siswa.
Kesimpulannya, Mendikbudristek menyatakan bahwa peringatan Nuzulul Quran bukan hanya sekedar perayaan, namun momentum strategis untuk memperkuat sinergi antara ilmu pengetahuan, budaya, dan nilai-nilai spiritual dalam membentuk karakter siswa yang unggul, berakhlak mulia, dan berdaya saing global. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Al-Qur'an, diharapkan siswa dapat menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas, berintegritas, dan bermanfaat bagi masyarakat.