Jerat Rentenir Menjerat Warga Kosambi: Kemiskinan dan Kemudahan Akses Kredit Picu Krisis Utang
Jerat Rentenir Menjerat Warga Kosambi: Kemiskinan dan Kemudahan Akses Kredit Picu Krisis Utang
Di tengah geliat ekonomi yang dinamis, ironisnya ratusan warga Desa Selembaran Jati, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, terlilit jerat utang rentenir. Mayoritas korban adalah ibu rumah tangga dan buruh cuci, kelompok rentan yang paling merasakan dampak himpitan ekonomi. Fenomena ini mengungkap sisi lain pembangunan yang belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat, khususnya di daerah yang berdekatan dengan kawasan industri.
Camat Kosambi, Asmawi, mengungkapkan keprihatinan mendalam atas situasi tersebut. Menurutnya, minimnya akses terhadap sumber keuangan formal memaksa warga mencari jalan pintas dengan meminjam dari rentenir. Kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anak, menjadi alasan utama mereka terjerat. "Mereka kerap kali menjadikan pinjaman rentenir sebagai pilihan terakhir," jelas Asmawi, saat dihubungi via telepon pada Senin (17/3/2025). Prosesnya pun berawal dari usaha meminjam dana dari lembaga resmi, namun karena berbagai kendala pembayaran, mereka kemudian terjebak dalam lingkaran utang rentenir, yang akhirnya semakin memperburuk kondisi keuangan mereka. Asmawi menggambarkan situasi tersebut sebagai situasi yang menyedihkan, di mana warga seolah terjebak dalam situasi 'keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya'.
Keberadaan rentenir di wilayah yang dekat dengan kawasan industri ini menjadi sebuah paradoks. Asmawi mengakui, awalnya ia mengira warga di sekitar pergudangan memiliki kondisi ekonomi yang lebih baik. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. "Berbeda dengan daerah lain yang banyak menggunakan aplikasi pinjaman online, di Kosambi, praktik pinjaman konvensional kepada rentenir masih marak," tambahnya. Hal ini menunjukkan celah aksesibilitas keuangan yang perlu segera diatasi.
Salah satu warga Kampung Rawa Lumpung, yang enggan disebutkan namanya (disebut sebagai D dalam berita asli), memberikan gambaran lebih rinci. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar warga yang terjerat adalah ibu rumah tangga dan buruh cuci dengan penghasilan bulanan hanya sekitar Rp 700.000. Jumlah tersebut jelas tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga terpaksa meminjam uang dari berbagai sumber, termasuk rentenir. Kemudahan akses dan proses pencairan dana yang tidak berbelit-belit menjadi daya tarik utama pinjaman dari rentenir, meskipun bunganya sangat tinggi dan berisiko. "Rentenir di Selembaran Jati sangat banyak, mereka berkeliling menawarkan pinjaman langsung ke kampung-kampung," ungkap D, menjelaskan kemudahan akses yang menjadi penyebab utama masalah ini.
Situasi ini menuntut perhatian serius dari pemerintah dan berbagai pihak terkait. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap lembaga keuangan formal, memberikan edukasi keuangan, serta memberantas praktik rentenir yang merugikan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya kelompok rentan, juga menjadi kunci untuk mencegah terulangnya permasalahan serupa di masa mendatang. Program pemberdayaan ekonomi dan pelatihan keterampilan juga penting untuk meningkatkan penghasilan dan kemampuan warga dalam mengelola keuangan mereka. Dengan begitu, masyarakat dapat terbebas dari jeratan utang rentenir dan memiliki masa depan yang lebih sejahtera.
Daftar Masalah Utama:
- Akses terbatas terhadap lembaga keuangan formal.
- Rendahnya pendapatan masyarakat, terutama IRT dan buruh cuci.
- Kemudahan akses dan proses pinjaman rentenir.
- Kurangnya edukasi keuangan.
- Maraknya praktik rentenir di wilayah tersebut.