Empat Dekade Menggoyang Lidah: Kisah Sukses Nasi Ayam Dong Siprig di Gianyar

Empat Dekade Menggoyang Lidah: Kisah Sukses Nasi Ayam Dong Siprig di Gianyar

Warung Nasi Ayam Dong Siprig di Banjar Abasan, Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, telah menjadi legenda kuliner selama empat dekade. Sejak tahun 1985, warung sederhana milik Nyoman Siprig (67) ini konsisten menyajikan hidangan nasi campur khas Bali yang mampu memikat lidah dan mengularnya antrean setiap hari. Keunikan resep dan rasa yang konsisten, dipadukan dengan harga yang terjangkau, menjadi kunci sukses bertahannya usaha kuliner ini hingga kini. Kepopulerannya bahkan telah merambah media sosial, menarik pelanggan dari berbagai penjuru Bali, bahkan dari luar Gianyar.

Rahasia kelezatan Nasi Ayam Dong Siprig terletak pada perpaduan cita rasa manis, gurih, dan pedas yang harmonis. Setiap porsi berisi nasi putih yang pulen, ayam suwir yang lembut, kerupuk ayam renyah, telur rebus, hati ayam, tempe orek, dan mi goreng. Harga yang ditawarkan pun sangat ramah di kantong, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per porsi, tergantung pilihan. Meski warungnya berlokasi di dalam rumah dengan area yang tidak luas, hal tersebut tak menyurutkan minat pelanggan yang rela mengantre demi mencicipi kelezatan nasi campur ini. Siprig memulai aktivitasnya sejak pukul 01.00 WITA setiap hari untuk mempersiapkan bahan-bahan dan memasak, sebuah dedikasi yang membuahkan hasil berupa habisnya dagangan hanya dalam waktu lima hingga enam jam.

Keberhasilan Nasi Ayam Dong Siprig selama 40 tahun tak lepas dari peran keluarga. Siprig dibantu oleh anak dan menantunya dalam menjalankan usaha ini. Menu yang ditawarkan pun tetap konsisten sejak awal, yaitu nasi ayam. Konsistensi rasa dan kualitas bahan baku menjadi kunci utama keberlangsungan usaha ini. "Menu tetap sama sejak pertama kali buka. Jualan juga dari dulu di dalam rumah," ujar Siprig saat diwawancarai.

Kepopuleran Nasi Ayam Dong Siprig juga menarik perhatian banyak pelanggan dari berbagai daerah di Bali. Tak hanya dari Sukawati dan Gianyar, pelanggan rela datang dari jauh, seperti dari Gatot Subroto (Denpasar), Kerobokan, Nusa Dua (Badung), hingga Klungkung. Salah satu pelanggan, Nyoman Marsithi (60), memberikan masukan untuk menambahkan variasi menu sayur, seperti urap, agar lebih bervariasi. Namun, secara keseluruhan, ia memuji kelezatan rasa nasi campur tersebut. Pendapat senada juga disampaikan oleh Putu Yesi (35) yang menilai perpaduan rasa manis dan pedas pada nasi ayam ini sangat pas di lidah.

Meskipun telah meraih kesuksesan, Nasi Ayam Dong Siprig tetap mempertahankan kesederhanaan. Nama warung yang terkesan sederhana, "Dong Siprig" – yang berarti "nenek Siprig" dalam bahasa Bali – justru menjadi daya tarik tersendiri dan mudah diingat oleh pelanggan. Kisah sukses Nasi Ayam Dong Siprig menjadi bukti bahwa konsistensi, kualitas rasa, dan dedikasi dapat mengantarkan sebuah usaha kuliner sederhana menjadi legenda yang mampu bertahan selama empat dekade.