Fahira Idris: Perawat, Pilar Kesehatan Nasional yang Membutuhkan Perhatian Komprehensif

Fahira Idris: Perawat, Pilar Kesehatan Nasional yang Membutuhkan Perhatian Komprehensif

Dalam rangka memperingati Hari Perawat Nasional dan HUT Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ke-..., Senator Fahira Idris menyoroti peran krusial perawat sebagai tulang punggung sistem kesehatan Indonesia. Lebih dari sekadar pemberi layanan kuratif, perawat menjalankan fungsi promotif, preventif, dan rehabilitatif, berperan sebagai edukator kesehatan, advokat pasien, dan kolaborator dalam tim medis. Komitmen dan dedikasi mereka terhadap kesejahteraan pasien dan masyarakat patut diapresiasi dan diimbangi dengan dukungan yang memadai.

Namun, di balik kontribusi yang luar biasa, profesi keperawatan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan signifikan. Ketimpangan distribusi tenaga perawat menjadi perhatian utama. Daerah terpencil mengalami kekurangan tenaga perawat yang kritis, sementara daerah perkotaan justru menghadapi surplus akibat penyerapan yang kurang optimal. Kondisi ini mencerminkan ketidakmerataan akses layanan kesehatan di Indonesia. Selain itu, kesejahteraan perawat, baik dari segi gaji maupun kondisi kerja, masih menjadi masalah yang perlu segera ditangani. Terakhir, peningkatan kompetensi, sertifikasi, dan penguasaan bahasa asing menjadi kunci daya saing perawat Indonesia dalam menghadapi persaingan global.

Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi

Meskipun dihadapkan pada tantangan tersebut, Fahira Idris juga melihat peluang besar bagi profesi keperawatan di masa depan. Perkembangan teknologi kesehatan, seperti telemedicine dan layanan keperawatan berbasis teknologi, membuka peluang baru bagi perawat. Demikian pula dengan berkembangnya model keperawatan komunitas. Proyeksi peningkatan jumlah tenaga perawat di Indonesia, meskipun berpotensi menimbulkan tantangan dalam penyediaan lapangan kerja domestik, juga dapat menjadi peluang emas bagi perawat Indonesia untuk berkarier di luar negeri. Permintaan global akan tenaga perawat diperkirakan mencapai 4,5 juta orang pada tahun 2030, dan negara-negara seperti Jepang, Arab Saudi, Singapura, Kuwait, dan Jerman membutuhkan ribuan tenaga perawat setiap tahunnya. Perawat Indonesia, yang dikenal karena etos kerja dan dedikasi tinggi, memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan global ini. Namun, tantangan seperti kendala bahasa, perbedaan budaya, dan kesiapan profesional perlu diatasi untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar internasional.

Kebijakan Komprehensif untuk Perawat Indonesia

Untuk memperkuat peran perawat dalam sistem kesehatan nasional dan mendukung kemajuan karier mereka, Fahira Idris menekankan perlunya kebijakan pemerintah yang komprehensif. Hal ini mencakup peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga perawat, pemerataan distribusi tenaga perawat, serta pemberian insentif bagi perawat yang bertugas di daerah terpencil. Peningkatan kompetensi dan standardisasi profesi perawat juga sangat penting, termasuk penyesuaian kurikulum pendidikan keperawatan dengan standar internasional. Lebih lanjut, Fahira Idris juga mendorong pemerintah untuk melibatkan perawat dalam perumusan kebijakan kesehatan nasional dan memperkuat peran organisasi profesi, PPNI, dalam advokasi kebijakan yang berpihak pada tenaga perawat.

P3K dan Jenjang Karier

Pada peringatan Hari Perawat Nasional ini, Fahira Idris juga menyoroti pentingnya pengangkatan tenaga kesehatan non-ASN, termasuk perawat, menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2023. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di rumah sakit pemerintah daerah. Selain itu, diperlukan pula sistem jenjang karier yang jelas bagi tenaga kesehatan non-ASN, yang mencakup pendidikan formal dan nonformal, untuk memastikan kesetaraan dalam pengembangan karier dan peningkatan kesejahteraan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kinerja para tenaga kesehatan, khususnya para perawat.