Smelter Emas Freeport di Gresik: Tonggak Baru Hilirisasi dan Penanggulangan Ilegal Mining

Smelter Emas Freeport di Gresik: Tonggak Baru Hilirisasi dan Penanggulangan Ilegal Mining

Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik pemurnian logam mulia (precious metal refinery/PMR) PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. Peresmian ini menandai sebuah langkah signifikan dalam upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri pertambangan di Indonesia, sekaligus sebagai upaya untuk memberantas praktik ilegal mining yang merugikan negara.

Pabrik PMR ini digambarkan sebagai fasilitas pemurnian emas terbesar di dunia yang terintegrasi secara penuh, mulai dari hulu hingga hilir. Integrasi ini mencakup seluruh tahapan proses, dari penambangan di Papua hingga pemurnian emas di Gresik. Keberadaan pabrik ini, menurut Presiden Prabowo, merupakan bentuk nyata komitmen Indonesia untuk mengelola kekayaan alamnya secara optimal dan berkelanjutan. Indonesia, yang menempati peringkat keenam dunia dalam hal cadangan emas, kini memiliki kapasitas untuk memproses emas dalam negeri secara maksimal, mengurangi ketergantungan pada proses pengolahan di luar negeri, dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional.

Keberadaan smelter ini juga menjadi sorotan penting dalam konteks upaya pemerintah untuk memberantas praktik ilegal mining dan penyelundupan emas. Presiden Prabowo secara tegas menyatakan komitmen pemerintah untuk menindak tegas segala bentuk pelanggaran hukum di sektor pertambangan. Praktik ilegal mining dan penyelundupan emas, selain merugikan penerimaan negara, juga berdampak negatif pada kesempatan kerja bagi masyarakat Indonesia. Upaya penegakan hukum yang konsisten dan berkelanjutan akan menjadi kunci keberhasilan dalam memerangi praktik-praktik ilegal ini dan melindungi kepentingan nasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menambahkan bahwa smelter ini merupakan pabrik emas pertama di Indonesia dengan nilai investasi mencapai 630 juta dollar AS atau sekitar Rp 10 triliun. Pabrik ini mampu memproses 3 juta konsentrat dari tambang Freeport di Papua, menghasilkan 50-60 ton emas per tahun. Konsentrat tersebut merupakan hasil samping dari proses pengolahan konsentrat tembaga, yang menunjukkan efisiensi dan pemanfaatan sumber daya secara maksimal.

Dengan kapasitas produksi yang signifikan dan integrasi hulu-hilir yang lengkap, smelter emas Freeport di Gresik bukan hanya menjadi simbol kemajuan industri pertambangan Indonesia, tetapi juga menjadi contoh nyata dari upaya pemerintah dalam mewujudkan kedaulatan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pendorong bagi pengembangan industri pertambangan lainnya di Indonesia, sekaligus menjadi peringatan keras bagi mereka yang terlibat dalam praktik ilegal mining dan penyelundupan.

Rincian Investasi dan Produksi:

  • Nilai investasi: 630 juta dollar AS (Rp 10 triliun)
  • Kapasitas produksi: 50-60 ton emas per tahun
  • Sumber bahan baku: 3 juta konsentrat dari tambang Freeport di Papua

Langkah-langkah selanjutnya yang akan diambil pemerintah untuk memastikan keberlanjutan operasi smelter dan pemberantasan praktik ilegal akan terus dipantau dan dievaluasi secara berkala.