Inovasi Agrowisata: Kebun Melon Hidroponik di Pangandaran Jadi Daya Tarik Wisatawan saat Ramadan
Inovasi Agrowisata: Kebun Melon Hidroponik di Pangandaran Jadi Daya Tarik Wisatawan saat Ramadan
Ramadan di Pangandaran menawarkan pengalaman unik bagi para wisatawan. Di tengah hiruk pikuk persiapan berbuka puasa, sebuah kebun melon hidroponik di Dusun Sukanegara, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, menjadi destinasi tak terduga yang menarik perhatian. Kebun seluas 130 meter persegi milik Tuslam ini menawarkan pengalaman memetik melon Inthanon langsung dari tanamannya, sebuah kegiatan yang kini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga sekitar dan wisatawan yang berkunjung. Sistem hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) yang diterapkan Tuslam menghasilkan panen raya melon Inthanon yang manis dan harum, bahkan menjadikannya sebagai alternatif agrowisata baru yang menjanjikan.
Keunikan kebun melon ini terletak pada konsep 'petik sendiri'. Tuslam, sang pemilik, sengaja tidak memanen seluruh melon yang telah matang, memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk merasakan sensasi memetik buah langsung dari pohonnya. Hal ini tak hanya menarik minat wisatawan, tetapi juga memberikan pengalaman edukatif yang berkesan. Pengunjung, seperti Ika Umika dari Kalipucang yang mengetahui kebun ini melalui media sosial, dan Rifda yang mendengarnya dari teman, mengungkapkan ketertarikan mereka terhadap pengalaman unik ini. Melon Inthanon, yang dikenal langka dan memiliki rasa manis serta aroma yang harum, menjadi daya tarik utama kebun ini. Teksturnya yang renyah menambah nilai jual buah tersebut. Keberhasilan Tuslam ini tidak hanya memberikan penghasilan tambahan bagi dirinya, melainkan juga menunjukan potensi agrowisata di daerah tersebut.
Lebih lanjut, keberhasilan Tuslam dalam mengembangkan kebun melon hidroponik ini berawal dari hobinya di bidang pertanian. Sebagai lulusan jurusan pertanian, ia ingin menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya dan berbagi pengalaman dengan masyarakat sekitar. Dalam lima bulan pertama, kebun yang baru berjalan satu tahun ini sudah dua kali panen, membuktikan efisiensi dan produktivitas sistem hidroponik yang diterapkan. Tuslam menjaga kualitas melon dengan hanya mempertahankan satu buah per tanaman, memastikan setiap melon yang dihasilkan memiliki rasa dan kualitas terbaik. Hasil panen yang melimpah memberikan pendapatan rata-rata lebih dari Rp 1 juta per hari selama musim panen, terutama saat bulan Ramadan, yang cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dan operasional kebun.
Tuslam juga memiliki visi untuk mengembangkan kebunnya sebagai pusat edukasi dan agrowisata. Ia berharap kebunnya dapat menjadi contoh bagi masyarakat sekitar untuk berinovasi dalam pertanian, sekaligus memberikan alternatif wisata edukatif yang menarik bagi pengunjung dari berbagai kalangan usia. Dengan harga Rp 35.000 per buah (1 kg), Tuslam mampu menjual sekitar 30 kg melon per hari, sebagian besar langsung dibeli dari kebun. Ini menunjukkan tingginya permintaan dan potensi pasar yang menjanjikan bagi usaha agrowisata ini. Sukses Tuslam membuktikan bahwa hobi dapat berbuah manis, memberikan penghasilan dan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya.
Keberhasilan Tuslam juga menjadi bukti bahwa inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, seperti sistem hidroponik, dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan membuka peluang usaha baru yang menguntungkan.