Sulis: Edukasi Publik Penting Cegah Misinterpretasi Lagu Arab sebagai Selawat

Sulis: Edukasi Publik Penting Cegah Misinterpretasi Lagu Arab sebagai Selawat

Penyanyi Sulis mengingatkan pentingnya edukasi publik terkait penggunaan lagu-lagu berbahasa Arab yang seringkali disalahpahami sebagai selawat. Fenomena ini, menurut Sulis, telah menjadi perhatiannya selama bertahun-tahun, mengingat tidak semua lagu berbahasa Arab memiliki konteks keagamaan. Kekeliruan ini, menurutnya, berpotensi meluas dan menimbulkan misinterpretasi makna lagu bagi pendengar.

Dalam sebuah wawancara di program Rumpi: No Secret, Senin (3/3/2025), Sulis menuturkan bahwa banyak penyanyi yang tanpa memberikan penjelasan, membawakan lagu-lagu berbahasa Arab dengan nuansa selawat, padahal lagu tersebut memiliki tema yang berbeda. Ia mencontohkan lagu Qaddukal Mayyas, yang seringkali dibawakan dalam acara keagamaan seperti MTQ, namun sebenarnya merupakan lagu pujian yang bertema percintaan. “Salah kaprah ini terjadi karena kurangnya edukasi,” tegas Sulis. “Tidak semua lagu berbahasa Arab adalah selawat atau doa. Publik perlu memahami konteks dan arti lagu sebelum memberikan interpretasi,” tambahnya.

Sulis menekankan peran krusial para penyanyi dalam memberikan pemahaman yang benar kepada pendengarnya. Ia mengungkapkan bahwa sejak remaja, ia telah berupaya menjelaskan konteks setiap lagu yang dibawakannya, mengingat pentingnya menjaga keakuratan pesan yang disampaikan dalam sebuah lagu. Menurutnya, penyanyi memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan konteks lagu agar tidak terjadi misinterpretasi, khususnya dalam konteks keagamaan.

Lebih lanjut, Sulis menjelaskan pentingnya membedakan antara lagu religius, lagu bertema cinta, dan lagu-lagu bertema lain yang berbahasa Arab. Menurutnya, Indonesia memiliki berbagai genre musik, dan penerapan genre musik tersebut tidak boleh dilepaskan dari konteks lagu itu sendiri. “Lagu Arab, sama seperti lagu Indonesia, beragam temanya. Ada yang religius, ada yang pop, ada yang cinta. Jangan sampai karena bahasanya sama, semua dianggap selawat,” jelasnya. Ia berharap agar ke depannya, akan ada lebih banyak upaya edukasi untuk mencegah kesalahpahaman serupa dan memastikan setiap lagu dapat dinikmati sesuai dengan konteks aslinya.

Sulis pun menyoroti pentingnya peran media dan platform digital dalam mensosialisasikan informasi yang akurat kepada masyarakat. Ia berharap agar informasi yang disampaikan terkait lagu-lagu berbahasa Arab dapat lebih teliti dan bertanggung jawab sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Hal ini, menurutnya, akan membantu dalam menjaga keharmonisan dan mencegah potensi konflik akibat interpretasi yang keliru.

Kesimpulannya, Sulis menekankan pentingnya edukasi dan tanggung jawab moral bagi para penyanyi dalam menyampaikan karya mereka, terutama lagu-lagu berbahasa Arab yang seringkali disalahartikan sebagai selawat. Hal ini bertujuan untuk menghindari misinterpretasi dan menjaga kesucian nilai-nilai keagamaan.