Pramono Anung Klaim Rekor Kemenangan Pilkada Jakarta Satu Putaran di Acara Golkar
Pramono Anung Klaim Rekor Kemenangan Pilkada Jakarta Satu Putaran di Acara Golkar
Dalam sebuah sambutan di acara buka puasa bersama Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jakarta pada Senin, 17 Maret 2025, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung membuat pernyataan yang cukup mengejutkan. Ia mengklaim telah menorehkan rekor sebagai satu-satunya calon gubernur yang memenangkan Pilkada Jakarta dalam satu putaran. Pernyataan ini disampaikan di hadapan para kader Golkar di Kantor DPD Partai Golkar Jakarta, Cikini, Jakarta Pusat.
"Saya adalah orang yang memecahkan rekor Pilkada Jakarta satu putaran pertama kali, ada di era saya," tegas Pramono. Klaim ini kontras dengan hasil Pilkada Jakarta sebelumnya. Pilkada Jakarta 2012 dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama melalui dua putaran, demikian pula Pilkada Jakarta 2017 yang dimenangkan oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Pramono menekankan perbedaan ini untuk menunjukkan keberhasilannya dalam strategi kampanye dan kepemimpinan.
Lebih lanjut, Pramono menjelaskan strategi yang membawanya meraih kemenangan gemilang tersebut. Ia menggarisbawahi pendekatan pragmatis yang dianutnya, berfokus pada janji-janji nyata dan terukur, bukan janji-janji muluk yang sulit diwujudkan. Sebagai contoh, ia menyinggung penambahan jumlah penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebagai salah satu poin penting dalam kampanyenya. Pramono menargetkan peningkatan jumlah penerima KJP dari 520.000 menjadi 705.000 penerima, sebuah program yang menjadi prioritas utamanya dan telah ia realisasikan.
"Yang saya janjikan adalah hal-hal riil yang ada di masyarakat," ujarnya. Ia menghubungkan komitmennya pada program KJP dengan latar belakangnya sebagai anak seorang guru, yang memahami kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga kurang mampu dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Pengalaman pribadinya ini menjadi pendorong kuat baginya untuk memprioritaskan program pendidikan yang inklusif dan terjangkau bagi seluruh warga Jakarta.
Menariknya, Pramono juga mengungkapkan penolakannya awalnya untuk maju sebagai calon Gubernur Jakarta pada Pilkada 2024. Dengan rekam jejak panjangnya di pemerintahan – selama 25 tahun, yang meliputi jabatan sebagai Sekretaris Presiden Megawati, dua periode Menteri di bawah kepemimpinan Jokowi, pimpinan DPR, hingga anggota Komisi 1 bersama Ahmed Zaki Iskandar – ia merasa telah mencapai puncak karirnya. Namun, ia mengakui tak kuasa menolak pencalonan dari PDI Perjuangan, dan menerima kemenangannya sebagai sebuah takdir.
"Saya ingin berhenti tetapi tidak bisa. Rupanya memang takdir garis tangan saya berkata lain," pungkas Pramono. Pernyataan Pramono ini memicu diskusi lebih lanjut tentang strategi kampanye yang efektif dan pengaruh faktor-faktor politik dalam Pilkada Jakarta. Pernyataan tentang rekor kemenangan satu putaran ini tentu akan menjadi bahan perdebatan di kalangan pengamat politik dan masyarakat luas.