Ramadhan di Samarinda: Keberagaman dalam Semangat Berbagi dan Kuliner
Ramadhan di Samarinda: Keberagaman dalam Semangat Berbagi dan Kuliner
Kota Samarinda, Kalimantan Timur, menjelma menjadi perpaduan unik selama bulan Ramadhan. Bukan hanya sebagai bulan suci bagi umat Muslim, Ramadhan di Samarinda juga menjadi momen kebersamaan dan perayaan keberagaman yang begitu terasa, khususnya dalam tradisi 'war takjil'—perburuan makanan untuk berbuka puasa. Jalanan kota dipenuhi dengan antusiasme warga, baik Muslim maupun non-Muslim, yang sama-sama menikmati atmosfer Ramadhan yang khas.
Fenomena 'war takjil' ini melampaui sekadar transaksi jual beli makanan. Ia menjadi sebuah perayaan budaya yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat. Tiana (27), seorang warga keturunan Tionghoa, misalnya, mengaku selalu menantikan Ramadhan. Baginya, bulan suci ini menawarkan kesempatan langka untuk mencicipi aneka kue tradisional yang sulit ditemukan di luar Ramadhan. "Amparan tatak dan kue talam jadi favorit saya," ujarnya seraya menambahkan, "Ramadhan seperti surga kuliner bagi saya." Bagi Tiana, 'war takjil' bukan hanya soal mencari makanan enak, melainkan juga merasakan semangat kebersamaan yang unik dan khas Ramadhan.
Hal senada diungkapkan Fransisco Kevin (45), seorang penganut Katolik. Ia sudah terbiasa ikut berburu takjil sejak kecil, menjadikan Ramadhan sebagai festival kuliner yang meriah. "Suasananya beda banget sama bulan-bulan lain," tuturnya. Kevin menekankan bahwa Pasar Ramadhan tak hanya tempat membeli makanan, tetapi juga tempat berkumpul dan berinteraksi sosial, membuatnya merasakan kehangatan Ramadhan meskipun ia bukan seorang Muslim.
Lebih dari sekadar tradisi kuliner, Ramadhan di Samarinda juga mencerminkan solidaritas sosial yang kuat. Hartanto (30), seorang wirausaha, bahkan sengaja menyesuaikan jam makannya agar bisa berbuka puasa bersama teman-temannya yang Muslim. Ia melihat manfaat kesehatan dari kebiasaan ini, dan menjelaskan, "Kadang saya ikut puasa sampai sore, selain berbuka bareng teman, juga katanya baik untuk kesehatan." Sikap ini menunjukkan bahwa semangat Ramadhan di Samarinda melampaui batas agama, membangun rasa kebersamaan dan saling menghormati di tengah keberagaman masyarakat.
Pasar Ramadhan GOR Segiri menjadi salah satu pusat kegiatan 'war takjil'. Di sana, beragam makanan dan minuman berjejer rapi, menawarkan pilihan bagi semua selera. Kehadiran warga non-Muslim dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa Ramadhan di Samarinda bukan hanya milik umat Islam, tetapi juga menjadi milik seluruh warga kota, menciptakan suasana yang harmonis dan penuh makna. Semangat berbagi dan kebersamaan inilah yang menjadikan Ramadhan di Samarinda begitu istimewa, merajut persatuan dalam keberagaman dan menjadikannya sebuah perayaan bersama yang berkesan.
Sebagai penutup, dapat disimpulkan bahwa Ramadhan di Samarinda bukan hanya sekedar bulan ibadah, tetapi juga sebuah perayaan budaya dan sosial yang menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan kepercayaan, ditandai dengan tradisi 'war takjil' yang unik dan penuh makna. Semangat kebersamaan dan toleransi antar umat beragama inilah yang membuat Ramadhan di Samarinda begitu istimewa dan menjadi sebuah teladan bagi kota-kota lain di Indonesia.