Hikmah Kisah Luqmanul Hakim: Meniti Jalan Kebenaran di Tengah Lautan Opini
Hikmah Kisah Luqmanul Hakim: Meniti Jalan Kebenaran di Tengah Lautan Opini
Kisah Luqmanul Hakim, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur'an, menawarkan pelajaran hidup yang mendalam tentang bagaimana menghadapi beragam persepsi manusia. Luqman, seorang tokoh bijak, dalam perjalanannya bersama sang anak dan seekor himar, terus-menerus dihadapkan pada kritik dan penilaian yang bertolak belakang. Baik ketika ia menunggangi himar sendirian, membiarkan anaknya berjalan kaki, maupun ketika mereka berdua menaiki himar, bahkan ketika keduanya berjalan kaki, selalu ada saja komentar negatif dari orang-orang di sekitarnya. Perbedaan sikap Luqman dalam menghadapi kritik tersebut, menunjukkan bagaimana ia berupaya menyesuaikan diri, namun pada akhirnya tetap tidak mampu memuaskan semua pihak.
Penjelasan Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, memberikan pencerahan atas hikmah tersirat dalam kisah tersebut. Beliau menekankan bahwa subjektivitas penilaian manusia merupakan realita yang tak terelakkan. Upaya untuk memuaskan semua orang adalah hal yang mustahil dan hanya akan menguras energi serta menghambat perjalanan hidup. Prof. Nasaruddin Umar, yang juga menjabat sebagai Menteri Agama, mengajak kita untuk memfokuskan diri pada tindakan yang benar, bukan pada persepsi orang lain. Berpegang teguh pada prinsip kebenaran dan integritas menjadi kunci utama dalam menjalani hidup.
Berikut beberapa poin penting yang disampaikan oleh Prof. Nasaruddin Umar terkait hikmah kisah Luqman:
- Subjektivitas Penilaian Manusia: Pendapat orang lain bersifat subjektif dan dinamis. Tidak ada satu pun tindakan yang dapat memuaskan semua pihak secara simultan.
- Prioritaskan Kebenaran: Yang terpenting adalah bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan moral, tanpa terpengaruh oleh tekanan untuk memperoleh persetujuan semua orang.
- Kedewasaan Emosional: Membangun kedewasaan emosional yang mampu menerima kritik dan pujian dengan bijak. Baik pujian berlebihan maupun kritikan yang tidak berdasar, sama-sama tidak seharusnya menjadi patokan dalam mengambil keputusan.
- Keteguhan Hati: Tetap teguh pada pendirian dan jalan yang diyakini benar, meskipun menghadapi berbagai rintangan dan hujatan. Kisah para nabi menjadi teladan dalam hal ini, mereka tetap teguh meskipun dihadapkan pada fitnah dan tuduhan.
- Berani Bertindak: Jangan terjebak dalam ketakutan untuk bertindak karena khawatir mendapat kritik. Keberanian untuk mengambil langkah berani menjadi kunci perubahan dan kemajuan.
- Menjadi Diri Sendiri: Menemukan jati diri dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang diyakini adalah kunci kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Di bulan Ramadan, Prof. Nasaruddin Umar mengajak kita untuk merenungkan kembali kisah Luqman ini. Momentum Ramadan menjadi waktu yang tepat untuk memperkuat keteguhan hati dan kedewasaan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan menjalani kehidupan dengan lebih bijak, bermakna, dan penuh keberkahan.