IHSG Terkoreksi, Rupiah Menguat di Tengah Ketidakpastian Kebijakan AS
IHSG Terkoreksi, Rupiah Menguat di Tengah Ketidakpastian Kebijakan AS
Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini dibuka dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak di zona merah, mencatatkan penurunan 0,46 persen atau 29,72 poin ke level 6.489,93 pada pukul 09.02 WIB. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran atas kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat (AS). Sebanyak 131 saham menguat, sementara 197 saham melemah, dengan 186 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.02 WIB mencapai Rp 8,24 miliar dengan volume 622,55 juta saham. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang masih dibayangi ketidakpastian global.
Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa ancaman pengenaan tarif impor oleh Presiden AS terhadap Meksiko, Kanada, dan China telah menimbulkan tekanan signifikan di pasar saham AS. Penurunan tajam dialami indeks Dow Jones (1,48 persen), S&P 500 (1,76 persen), Nasdaq (2,64 persen), dan Russell 2000 (2,81 persen). Kondisi ini menunjukkan tingginya kerentanan pasar terhadap kebijakan ekonomi AS. Analisis teknikal dari Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi melemah terbatas, dengan dukungan (support) di level 6.400 dan resistensi di level 6.560.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, mengungkapkan bahwa potensi pembalikan tren bullish IHSG akan terkonfirmasi jika berhasil menembus resistensi 6.682 dan menguat di atas 6.912. Sebaliknya, jika IHSG tetap berada di bawah 6.682, tren penurunan berpotensi berlanjut menuju 6.124. Level support IHSG diidentifikasi berada di 6.475, 6.226, 6.124, dan 5.978, sementara level resistennya di 6.593, 6.682, dan 6.772. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.
Kondisi serupa terlihat di bursa saham Asia lainnya. Strait Times turun 0,25 persen, Shanghai Composite turun 0,23 persen, Nikkei 225 anjlok 2,28 persen, dan Hang Seng melemah 1,67 persen. Kondisi ini menunjukkan pelemahan pasar regional yang dipengaruhi oleh sentimen global yang negatif.
Rupiah Menguat di Tengah Ketidakpastian
Berbeda dengan IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pagi ini justru menguat di pasar spot. Mengutip data Bloomberg pukul 09.10 WIB, rupiah berada di level Rp 16.441 per dolar AS, menguat 39 poin (0,24 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.480 per dolar AS. Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan bahwa investor masih bersikap wait and see menunggu keputusan final terkait kebijakan tarif perdagangan AS. Sentimen positif juga datang dari aktivitas manufaktur China yang tumbuh lebih baik dari perkiraan di bulan Februari, dan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025 di Indonesia yang bertujuan mengoptimalkan pengelolaan devisa hasil ekspor sumber daya alam.
Assuaibi memprediksi pergerakan rupiah hari ini akan fluktuatif, namun diperkirakan ditutup menguat di rentang Rp 16.430 hingga Rp 16.490. Kondisi ini menunjukkan resiliensi rupiah di tengah ketidakpastian global, meskipun tetap dipengaruhi oleh dinamika ekonomi domestik dan global.