Jenazah Korban Bencana Madiun Ditemukan di Bengawan Solo

Jenazah Korban Bencana Madiun Ditemukan di Bengawan Solo

Sebuah penemuan jenazah di aliran Bengawan Solo, Senin (17/3/2025) sekitar pukul 11.30 WIB, mengungkap titik akhir pencarian korban bencana banjir dan longsor di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Jasad yang ditemukan terapung di pinggir sungai di Desa Nglungger, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, oleh warga yang tengah memantau kondisi sungai pasca-kenaikan debit air, berhasil diidentifikasi sebagai Wahyudiyono.

Penemuan ini berawal dari kesigapan seorang warga yang melihat sesosok mayat dalam posisi tengkurap, tersangkut di pepohonan bambu di tepi Bengawan Solo. Saksi mata tersebut segera melaporkan temuannya kepada pihak berwajib. Petugas Kepolisian Sektor (Polsek) Kradenan, yang dipimpin Iptu Umbaran Wibowo, bersama tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora, langsung merespon laporan tersebut dan segera melakukan evakuasi.

Proses identifikasi jenazah yang awalnya tak memiliki tanda pengenal, dilakukan di RSUD Blora oleh tim Inafis. Setelah menjalani proses visum dan identifikasi, pihak berwenang memastikan identitas korban sebagai Wahyudiyono, warga Madiun yang sebelumnya dilaporkan hilang pasca-bencana banjir dan longsor di wilayah Dagangan, Kabupaten Madiun. Hasil visum juga menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

"Setelah dilakukan visum mayat oleh tim medis RSUD Soetijono, pada tubuh mayat tersebut tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Selanjutnya mayat diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan," jelas Iptu Umbaran Wibowo dalam keterangan resminya. Kehilangan Wahyudiyono menambah catatan pilu bencana alam yang melanda Kabupaten Madiun, yang telah mengakibatkan ribuan warga terdampak. Penemuan jenazahnya di Blora, jauh dari lokasi bencana, menunjukkan betapa dahsyatnya dampak bencana tersebut dan sejauh mana arus sungai mampu membawa korban.

Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, serta perlunya koordinasi yang efektif antara instansi terkait dalam proses pencarian dan penyelamatan korban bencana. Proses evakuasi dan identifikasi yang relatif cepat juga menunjukkan sinergi yang baik antar lembaga dalam menangani situasi darurat. Pihak keluarga Wahyudiyono, setelah menerima jenazah, kini dapat menjalani prosesi pemakaman dan penguburan sesuai adat istiadat yang berlaku.

Langkah-langkah yang diambil dalam penanganan kejadian ini meliputi:

  • Penemuan mayat oleh warga setempat.
  • Pelaporan kepada pihak berwajib (Polsek Kradenan).
  • Evakuasi jenazah oleh tim gabungan Polsek Kradenan dan BPBD Blora.
  • Proses identifikasi di RSUD Blora oleh tim Inafis.
  • Visum et repertum untuk memastikan penyebab kematian.
  • Penyerahan jenazah kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Kasus ini menyoroti dampak luas dari bencana alam yang tidak hanya menimbulkan kerusakan materiil, tetapi juga kehilangan nyawa dan penderitaan bagi keluarga yang ditinggalkan. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi kita semua untuk lebih siap dalam menghadapi bencana alam di masa mendatang.