Masa Depan Thiago Motta di Juventus Dipertanyakan Setelah Rentetan Hasil Buruk
Masa Depan Thiago Motta di Juventus Dipertanyakan Setelah Rentetan Hasil Buruk
Kekalahan telak 0-3 Juventus atas Fiorentina di pekan ke-29 Liga Italia 2024-2025 semakin memperuncing kritik terhadap pelatih Thiago Motta. Performa buruk Si Nyonya Tua, yang sebelumnya juga dihajar Atalanta 0-4, telah memicu desakan dari berbagai pihak, termasuk legenda klub, untuk melakukan perubahan di kursi kepelatihan. Hasil-hasil tersebut tidak hanya mencoreng reputasi Juventus, namun juga mempertanyakan efektifitas kepemimpinan Motta.
Posisi Juventus di klasemen pun semakin memprihatinkan. Dengan raihan 52 poin, mereka tertahan di peringkat kelima, bahkan tertinggal tujuh poin dibandingkan posisi mereka di fase yang sama musim lalu. Kegagalan di berbagai ajang menambah derita Juventus. Mereka telah tersingkir dari Liga Champions setelah dikalahkan PSV Eindhoven, disingkirkan Empoli di Coppa Italia, dan AC Milan di semifinal Piala Super Italia. Satu-satunya target realistis yang tersisa bagi Juventus saat ini hanyalah finis di empat besar Liga Italia.
Investasi besar yang digelontorkan manajemen, mencapai 193 juta euro (sekitar Rp 3,4 triliun), terlihat sia-sia mengingat performa tim yang mengecewakan. Hal ini memicu spekulasi akan pemecatan Motta, yang semakin diperkuat oleh pernyataan-pernyataan keras dari sejumlah tokoh sepak bola Italia. Alessio Tacchinardi, mantan gelandang Juventus, mengungkapkan keprihatinannya. "Saya sangat percaya pada Thiago Motta, dia sedang mengalami masa-masa yang sangat sulit," ujar Tacchinardi. "Namun, Juve harus memutuskan apakah dia adalah profil yang tepat untuk meraih peringkat empat di klasemen. Dari sekelompok tim yang bersaing, Juventus adalah skuad yang terbaik, tim yang mengeluarkan biaya paling besar. Siapa yang akan saya tunjuk sebagai penggantinya? Saya tidak tahu, tetapi Anda harus melakukan perubahan besar."
Sentimen yang sama diungkapkan Vittorio Oreggia, mantan Direktur Tuttosport, yang bahkan lebih lantang menyuarakan pemecatan Motta. "Memang benar, klub tidak memadai dan merupakan akar dari bencana ini," tegas Oreggia. "Tetapi jika Thiago Motta tetap memimpin Juventus, itu berarti mereka ingin bunuh diri. Mengakhiri perjalanannya adalah hal wajib."
Dengan jeda internasional yang akan segera tiba, masa depan Motta di Juventus nampaknya berada di ujung tanduk. Evaluasi internal manajemen Juventus akan menentukan apakah pelatih asal Italia tersebut akan tetap memimpin tim menghadapi Genoa pada pekan ke-30 Liga Italia, atau harus angkat kaki dari Turin.
Daftar Masalah Juventus: * Kekalahan telak dari Fiorentina (0-3) dan Atalanta (0-4). * Posisi kelima klasemen Liga Italia dengan 52 poin, tertinggal tujuh poin dari posisi mereka di fase yang sama musim lalu. * Tersingkir dari Liga Champions, Coppa Italia, dan Piala Super Italia. * Investasi besar yang tidak sebanding dengan hasil di lapangan. * Desakan pemecatan Thiago Motta dari berbagai pihak.