IHSG Terkoreksi, Bukukan Penurunan di Awal Perdagangan
IHSG Terkoreksi, Bukukan Penurunan di Awal Perdagangan
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan tekanan jual yang cukup signifikan, tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona merah pada level 6.458,6. Pembukaan ini menandai penurunan dari penutupan perdagangan sebelumnya di angka 6.471, atau koreksi sebesar 1,05% secara harian. Posisi tertinggi IHSG tercatat di 6.454, sementara posisi terendah menyentuh angka 6.402. Volume transaksi tercatat cukup tinggi, mencapai 1,2 miliar kali transaksi dengan nilai mencapai 927,7 miliar rupiah, dan frekuensi perdagangan sebanyak 86.540 kali. Secara keseluruhan, pergerakan IHSG menunjukkan kondisi pasar yang cenderung bearish, dengan 198 saham melemah dan hanya 180 saham yang menguat. Sebanyak 177 saham lainnya stagnan.
Tren negatif ini tidak hanya terjadi secara harian, tetapi juga menunjukkan pelemahan dalam jangka waktu yang lebih panjang. IHSG mencatat penurunan 2,13% secara mingguan, 6,8% secara bulanan, 9,51% secara year-to-date (ytd), dan 12,21% secara tahunan. Kondisi ini menunjukkan tantangan yang dihadapi pasar saham domestik, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.
Analisis Pergerakan IHSG dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Analis dari Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang 6.400-6.560. Prediksi ini dikeluarkan setelah IHSG kemarin ditutup turun -0,67% atau -43,68 poin. Beberapa faktor internal turut mempengaruhi pergerakan IHSG, di antaranya outflow investor asing di pasar ekuitas domestik yang mencapai Rp 886,07 miliar. Aksi profit taking investor asing, terutama pada saham-saham perbankan besar (Big Banks), juga berkontribusi terhadap penurunan IHSG. Secara akumulatif sejak awal tahun, IHSG telah terkoreksi -8,59%, menempati posisi terendah kedua di antara bursa saham regional setelah Bursa Thailand yang mengalami penurunan -16,43% ytd.
Meskipun neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 mencatat surplus USD3,12 miliar (meski lebih rendah dari bulan sebelumnya), surplus ini tidak cukup kuat untuk mendongkrak sentimen pasar. Surplus neraca dagang yang telah berlanjut selama 58 bulan berturut-turut, ditopang oleh surplus non-migas sebesar USD4,84 miliar, tampaknya belum mampu mengatasi tekanan jual yang terjadi.
Dari sisi eksternal, situasi global turut memberikan pengaruh. Indeks utama Wall Street ditutup menguat terbatas, namun pelaku pasar masih mencermati berbagai faktor seperti kebijakan Presiden Trump yang akan diumumkan pada 2 April mendatang dan pertemuan FOMC The Fed. Pidato CEO Nvidia pada konferensi GTC 2025 juga menjadi sorotan. Di sisi lain, pertumbuhan penjualan ritel Tiongkok yang positif sebesar 4% pada Februari 2025, menunjukkan potensi perbaikan ekonomi di negara tersebut, yang terlihat juga dari apresiasi indeks HSI sebesar +0,77% pada 17 Maret 2025.
Kesimpulan
Pembukaan IHSG di zona merah mencerminkan kompleksitas dinamika pasar saham saat ini, yang dipengaruhi oleh faktor domestik seperti outflow investor asing dan aksi profit taking, serta faktor global seperti kebijakan ekonomi negara-negara utama dan sentimen pasar internasional. Pemantauan yang cermat terhadap perkembangan ekonomi domestik dan global sangat penting bagi investor untuk mengantisipasi pergerakan IHSG selanjutnya.