IHSG Terkoreksi, Rupiah Melemah di Tengah Sentimen Global dan Data Ekonomi AS yang Mengecewakan

IHSG Terkoreksi, Rupiah Melemah di Tengah Sentimen Global dan Data Ekonomi AS yang Mengecewakan

Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan IHSG yang bergerak di zona merah pada Selasa, 18 Maret 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan sebesar 0,81 persen atau 52,10 poin, berada di level 6.419 pada pukul 09.02 WIB. Penurunan ini terjadi setelah penutupan sebelumnya di angka 6.458,83. Kondisi ini mencerminkan sentimen pasar yang cenderung negatif, dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal.

Dari sisi kinerja perdagangan, sebanyak 179 saham bergerak di zona hijau, sedangkan 151 saham berada di zona merah. Sebanyak 175 saham lainnya stagnan. Nilai transaksi hingga pukul 09.02 WIB mencapai Rp 664,21 miliar dengan volume 873,15 juta saham. Analis melihat potensi pelemahan terbatas IHSG, dengan perkiraan support di level 6.380 dan resistance di level 6.520. Perkiraan lain menyebutkan potensi rebound menuju 6.557 atau bahkan 6.663 jika IHSG berhasil menembus resistance minor di level 6.501. Namun, potensi koreksi menuju 6.344 juga tetap ada jika IHSG menembus di bawah level support 6.422. Level support lainnya berada di 6.344 dan 6.226, sementara resistance berada di 6.663, 6.772, dan 6.912. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.

Data ekonomi Amerika Serikat (AS) turut memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan IHSG. Data penjualan ritel AS bulan Februari yang dirilis menunjukkan angka 0,2 persen, jauh di bawah ekspektasi pasar yang mencapai 0,6 persen. Angka ini mengindikasikan potensi penurunan belanja konsumen di AS dan meningkatkan kekhawatiran akan pelemahan pertumbuhan ekonomi. Situasi ini diproyeksikan berpotensi menimbulkan kontraksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2025. Di sisi lain, data penjualan ritel yang mengecewakan ini juga dinilai dapat mengurangi tekanan inflasi di AS.

Di dalam negeri, data kredit macet turut menjadi sorotan. Pada Januari 2025, total kredit macet di bank-bank kategori kelompok bank dengan modal inti (KBMI) 4 mencapai Rp 879,93 triliun, atau naik 8,76 persen secara tahunan. Meskipun kredit perbankan secara keseluruhan masih tumbuh, peningkatan kredit macet ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri di pasar.

Kondisi pasar regional menunjukkan gambaran yang beragam. Bursa saham Asia mayoritas bergerak di zona hijau. Strait Times naik 0,94 persen, Shanghai Composite naik 0,15 persen, Nikkei 225 naik 1,50 persen, dan Hang Seng naik 1,80 persen. Namun, sentimen global yang kurang kondusif tetap memberikan tekanan.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot juga melemah. Pada pukul 09.23 WIB, rupiah berada di level Rp 16.410,5 per dolar AS, melemah 4,5 poin (0,03 persen) dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Pelemahan ini terjadi di tengah tekanan pada indeks dolar AS yang masih berada di kisaran 103,40-an. Meskipun surplus neraca perdagangan Indonesia bulan Februari dan stimulus ekonomi dari pemerintah China memberikan sentimen positif, kekhawatiran akan kebijakan proteksionis AS dan potensi perang dagang tetap membayangi. Potensi penguatan rupiah ke arah Rp 16.300 masih terbuka, namun potensi pelemahan hingga Rp 16.450 juga tetap ada.

Secara keseluruhan, pergerakan IHSG dan pelemahan rupiah hari ini merupakan cerminan kompleksitas situasi ekonomi global dan domestik. Sentimen negatif dari data ekonomi AS, peningkatan kredit macet, serta ketidakpastian geopolitik global berkontribusi terhadap kondisi pasar yang cenderung hati-hati.