Gempa Kembar Guncang Tapanuli Utara: Satu Korban Jiwa dan Akses Jalan Terputus

Gempa Kembar Guncang Tapanuli Utara: Satu Korban Jiwa dan Akses Jalan Terputus

Gempa bumi kembar yang mengguncang Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada Selasa, 18 Maret 2025, pagi, telah mengakibatkan satu korban jiwa dan memutus akses jalan di beberapa titik. Bencana alam ini terjadi dalam dua gelombang, masing-masing dengan magnitudo 5,5 dan 5,6, yang terjadi hanya dengan selisih waktu 56 detik. Getaran gempa yang cukup kuat, mencapai skala intensitas IV-V MMI di Tarutung, membuat warga panik dan banyak yang terbangun dari tidur. Getarannya juga terasa hingga Kota Sibolga.

Berdasarkan keterangan Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, David Sipahutar, satu warga meninggal dunia setelah tertimpa reruntuhan rumahnya. Korban, Kartini Manalu (68), warga Desa Lobu Pining, Kecamatan Pahae Julu, telah dievakuasi ke Puskesmas terdekat. Kejadian ini menyoroti kerentanan permukiman di daerah tersebut terhadap bencana gempa bumi. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara saat ini tengah melakukan pendataan terhadap dampak kerusakan yang ditimbulkan, guna merumuskan langkah penanganan lebih lanjut. Upaya evakuasi dan penyelamatan warga terus dilakukan untuk memastikan tidak ada korban jiwa lainnya.

Selain korban jiwa, gempa bumi juga menyebabkan longsor di beberapa titik di jalur jalan lintas Pahae Julu. Material longsor berupa tanah dan pohon menutup jalan raya, mengakibatkan akses jalan menjadi terputus total dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor. Dua titik longsor utama teridentifikasi di lokasi yang dikenal warga sebagai "Lubang Ni Homang" dan di dekat Desa Peanornor. Pemerintah daerah telah mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor dan membuka kembali akses jalan tersebut. Proses pembukaan jalan membutuhkan waktu dan kerja keras, mengingat besarnya volume material yang menutupi jalan. Proses evakuasi dan pembersihan material ini menjadi prioritas utama saat ini.

Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa gempa bumi kembar tersebut berpusat di darat. Gempa pertama terjadi pukul 05.22.38 WIB dengan episenter di koordinat 1,91° LU; 99,10° BT, 19 kilometer Tenggara Tapanuli Utara, pada kedalaman 10 kilometer. Gempa kedua menyusul pukul 05.23.34 WIB, dengan episenter di koordinat 1,90° LU; 99,02° BT, 14 kilometer Tenggara Tapanuli Utara, pada kedalaman 10 km. Kedua gempa memiliki selisih jarak episenter sekitar 9 kilometer. Analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme mendatar dan disebabkan oleh aktivitas Sesar Besar Sumatera Segmen Toru. BMKG memastikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, khususnya di daerah rawan gempa. Pembangunan infrastruktur yang tahan gempa dan sistem peringatan dini yang efektif menjadi krusial untuk meminimalisir dampak kerugian dan korban jiwa di masa mendatang. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan upaya mitigasi bencana dan memastikan keselamatan warga.

  • Dampak Gempa:
    • 1 Korban Jiwa
    • Akses jalan terputus akibat longsor
    • Kerusakan bangunan (dalam pendataan)
  • Karakteristik Gempa:
    • Dua gempa kembar (magnitudo 5,5 dan 5,6)
    • Gempa dangkal (kedalaman 10 km)
    • Akibat aktivitas Sesar Besar Sumatera Segmen Toru
    • Tidak berpotensi tsunami