Minimnya Sistem Mitigasi Kebakaran Disorot Usai Kebakaran Landa Pasar Poncol

Minimnya Sistem Mitigasi Kebakaran Disorot Usai Kebakaran Landa Pasar Poncol

Kebakaran hebat yang melanda Pasar Poncol, Jakarta Pusat, pada Selasa, 18 Maret 2025, pukul 03.20 WIB, menyoroti lemahnya sistem mitigasi kebakaran di pasar tradisional tersebut. Api yang berkobar dengan cepat dan sulit dipadamkan mengakibatkan kerugian materiil yang signifikan, menghanguskan sekitar 35 kios dan menimbulkan estimasi kerugian mencapai Rp 606 juta. Peristiwa ini pun menjadi perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta.

Anggota Komisi B DPRD Jakarta dari Fraksi PKS, Ismail, mengungkapkan keprihatinannya atas minimnya sistem pendukung mitigasi kebakaran di Pasar Poncol. Hasil peninjauannya ke lokasi pasca-kebakaran menunjukkan kurangnya fasilitas vital penanggulangan kebakaran. "Minimnya supporting system untuk mitigasi bencana, terutama bencana kebakaran, sangat mempersulit penanganan api," ujar Ismail. Ia menambahkan bahwa kondisi pasar yang menjual barang mudah terbakar seperti kayu dan pakaian, semakin meningkatkan risiko kebakaran dan memperburuk dampaknya. Ketiadaan atau kekurangan alat pemadam api ringan (APAR) dan hydrant, menurutnya, merupakan faktor utama yang memperlambat proses pemadaman.

Ismail berencana menjadikan temuan ini sebagai bahan evaluasi kerja bersama Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (PPUKM) DKI Jakarta. Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan strategi pencegahan kebakaran yang lebih efektif di pasar tradisional lainnya di Jakarta. Hal senada juga disampaikan oleh Wali Kota Jakarta Pusat, Arifin, yang menekankan perlunya peningkatan sistem mitigasi bencana kebakaran di Pasar Poncol. "Sistem pendukung mitigasi, seperti APAR dan tandon air, harus tersedia untuk mempercepat penanganan dan meminimalisir dampak kebakaran," tegas Arifin.

Proses pemadaman kebakaran Pasar Poncol sendiri melibatkan sumber daya yang cukup besar. Sebanyak 23 unit mobil pemadam kebakaran dan 115 petugas dikerahkan untuk menjinakkan si jago merah. Api baru berhasil dipadamkan pada pukul 06.52 WIB, setelah hampir tiga jam berjuang melawan kobaran api. Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Jakarta Pusat, Asril Rizal, mengungkapkan bahwa penyebab kebakaran diduga akibat korsleting listrik.

Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya investasi dalam sistem mitigasi kebakaran di pasar tradisional. Tidak hanya ketersediaan alat pemadam, namun juga pelatihan bagi para pedagang dan pengelola pasar mengenai langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan kebakaran sangat krusial. Perlu adanya sinergi antara pemerintah, pengelola pasar, dan para pedagang untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terhindar dari bahaya kebakaran di masa mendatang. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan kebakaran di seluruh pasar tradisional di Jakarta menjadi langkah mendesak yang harus segera dilakukan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.

  • Kesimpulan: Kebakaran di Pasar Poncol menjadi bukti nyata perlunya peningkatan sistem mitigasi kebakaran di pasar tradisional. Ketersediaan APAR, hydrant, dan pelatihan bagi pedagang merupakan langkah krusial dalam mencegah dan mengurangi dampak kebakaran.

Daftar Temuan: * Minimnya APAR dan hydrant di Pasar Poncol. * Material yang mudah terbakar dijual di pasar. * Tanggap darurat kebakaran yang terhambat. * Kerugian materiil mencapai Rp 606 juta. * Perlu peningkatan sistem mitigasi bencana kebakaran di Pasar Poncol dan pasar tradisional lainnya di Jakarta.