Serangan Udara Israel di Gaza: Gencatan Senjata Berakhir, Hamas Dituduh Menggagalkan Negosiasi

Serangan Udara Israel di Gaza: Gencatan Senjata Berakhir, Hamas Dituduh Menggaggalakan Negosiasi

Setelah gencatan senjata yang berlangsung sejak 19 Januari 2025 berakhir, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza pada Selasa, 18 Maret 2025. Pasukan Pertahanan Israel (IDF), atas perintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz, menyatakan operasi militer ini sebagai respons atas penolakan Hamas terhadap tawaran pembebasan sandera dan upaya negosiasi perpanjangan gencatan senjata. Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang telah berlangsung lama antara Israel dan kelompok militan Palestina tersebut.

Serangan udara IDF dilaporkan menargetkan sejumlah lokasi strategis di seluruh Jalur Gaza, termasuk tiga rumah di Deir Al Balah, sebuah gedung di Kota Gaza, serta lokasi-lokasi di Khan Younis dan Rafah. Laporan dari saksi mata dan petugas medis mengonfirmasi intensitas serangan yang jauh lebih tinggi dibandingkan periode gencatan senjata sebelumnya. Pihak Israel menyatakan bahwa serangan ini bertujuan untuk mencapai tujuan perang yang telah ditetapkan, termasuk pembebasan semua sandera yang ditahan Hamas, baik yang masih hidup maupun yang telah gugur. Pernyataan resmi dari Kantor Menteri Pertahanan Israel menekankan bahwa operasi militer ini akan ditingkatkan intensitasnya.

Pernyataan bersama dari IDF dan Shin Bet, dinas keamanan internal Israel, menegaskan bahwa operasi pemboman terhadap Hamas dilakukan di seluruh Jalur Gaza berdasarkan arahan dari eselon politik. Pernyataan tersebut juga mengisyaratkan kemungkinan peningkatan operasi militer lebih lanjut di masa mendatang. Hal ini menunjukkan keseriusan Israel dalam menanggapi apa yang dianggapnya sebagai kegagalan Hamas dalam memenuhi tuntutan pembebasan sandera.

Sebelumnya, upaya negosiasi internasional untuk memperpanjang gencatan senjata telah dilakukan, dengan Amerika Serikat (AS) mengusulkan perpanjangan hingga pertengahan April. Usulan tersebut mencakup skema pertukaran sandera yang melibatkan pembebasan sandera yang ditahan Hamas dengan tahanan Palestina yang ditawan Israel. Namun, menurut informasi dari pejabat Palestina yang terlibat dalam negosiasi dan dikutip oleh BBC, Israel dan Hamas gagal mencapai kesepakatan mengenai poin-poin utama yang diajukan oleh utusan Presiden AS, Steve Witkoff, dalam pembicaraan tidak langsung. Kegagalan ini, menurut pernyataan Israel, menjadi pemicu utama dilancarkannya kembali operasi militer skala besar di Jalur Gaza.

Situasi di Gaza kini diliputi ketidakpastian, dengan potensi meningkatnya korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Komunitas internasional menyerukan gencatan senjata segera dan kembali ke meja perundingan untuk mencapai solusi damai yang berkelanjutan. Namun, mengingat pernyataan tegas dari pemerintah Israel tentang peningkatan kekuatan militer terhadap Hamas, prospek tersebut tampak suram dalam jangka pendek. Perkembangan situasi ini akan terus dipantau dan dilaporkan secara berkala.

Catatan: Informasi yang tercantum dalam laporan ini didasarkan pada laporan dari berbagai sumber terpercaya, termasuk pernyataan resmi dari pemerintah Israel dan laporan berita dari media internasional seperti Fox News dan BBC. Usaha dilakukan untuk memverifikasi akurasi informasi tersebut, namun kemungkinan adanya perbedaan interpretasi tetap ada.