Serangan Udara Israel di Gaza: 220 Tewas, Gencatan Senjata Hancur

Serangan Udara Israel di Gaza: 220 Tewas, Gencatan Senjata Hancur

Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025) telah menewaskan sedikitnya 220 warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Insiden ini menandai eskalasi konflik yang signifikan dan menghancurkan gencatan senjata yang telah berlaku sejak 19 Januari 2025. Serangan ini merupakan yang terbesar sejak gencatan senjata tersebut dideklarasikan, mengakhiri periode pertempuran selama lebih dari 15 bulan yang dimulai pasca serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Pihak berwenang di Gaza melaporkan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara dan tembakan artileri Israel.

Pemerintah Israel, melalui pernyataan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyatakan serangan tersebut sebagai balasan atas penolakan Hamas untuk membebaskan sandera Israel dan ketidaksetujuan terhadap usulan perdamaian yang disampaikan oleh utusan Presiden Amerika Serikat, Steve Witkoff, dan para mediator internasional. Netanyahu menuduh Hamas telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya telah dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya menyatakan kepada media internasional bahwa operasi militer ini akan berlanjut selama diperlukan dan berpotensi diperluas.

Kegagalan Negosiasi dan Perjanjian Gencatan Senjata

Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025, menandai berakhirnya fase pertama konflik. Meskipun kedua belah pihak menahan diri dari pertempuran skala besar selama beberapa waktu, negosiasi untuk perdamaian yang berkelanjutan terhambat. Fase pertama gencatan senjata berakhir pada awal Maret tanpa kesepakatan yang komprehensif mengenai perundingan lanjutan. Usulan “jembatan” yang diajukan oleh Witkoff, yang menawarkan pembebasan lima sandera Israel, termasuk Edan Alexander, seorang warga negara Israel-Amerika, sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina, ditolak oleh pihak Israel. Meskipun Hamas menyatakan kesediaannya untuk membebaskan para sandera tersebut, tanggapan mereka dianggap tidak memuaskan oleh pihak Israel dan sekutunya.

Dampak dan Reaksi

Serangan ini telah menyebabkan penutupan semua sekolah di dekat perbatasan Gaza sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan serangan balasan. Israel menyatakan akan mengambil tindakan tegas terhadap Hamas. Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa sebagian besar korban tewas adalah anak-anak, perempuan, dan lansia. Jumlah korban jiwa yang tinggi telah memicu kecaman internasional atas kekerasan yang terjadi. Laporan-laporan dari berbagai lembaga HAM internasional kemungkinan akan segera menyusul untuk mendokumentasikan dampak serangan ini terhadap warga sipil.

Situasi saat ini di Gaza sangat mengkhawatirkan. Eskalasi kekerasan ini mengancam stabilitas regional dan menghancurkan harapan perdamaian yang rapuh. Dunia internasional mendesak agar gencatan senjata dapat segera dipulihkan dan dialog konstruktif dapat dimulai untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama ini. Keberhasilan upaya perdamaian bergantung pada komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk menghindari kekerasan dan mencari solusi yang damai dan adil.