Sentimen Global dan Domestik Tekan IHSG, Investor Beralih ke Aset Aman

Sentimen Global dan Domestik Tekan IHSG, Investor Beralih ke Aset Aman

Penurunan signifikan terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama Selasa, 18 Maret 2025. IHSG ambles 6,12 persen atau 395,87 poin, hingga menyentuh level 6.076,08. Indeks LQ45 turut terdampak, anjlok 5,25 persen atau 38,27 poin ke posisi 691,08. Anjloknya IHSG ini, menurut Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan internal yang menekan kepercayaan investor.

Tekanan dari Arena Global: Konflik Geopolitik dan Risiko Resesi

Nicodemus menjelaskan beberapa faktor eksternal yang berkontribusi pada penurunan IHSG. Pertama, meningkatnya tensi geopolitik akibat rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperpanjang konflik bersenjata telah menimbulkan ketidakpastian global. Kedua, penerapan tarif balasan yang lebih besar oleh Uni Eropa terhadap Amerika Serikat semakin menambah kekhawatiran investor. Ketiga, ancaman resesi di Amerika Serikat, salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia, juga menjadi faktor penentu yang membuat investor lebih berhati-hati dan cenderung menghindari risiko tinggi. Gabungan faktor ini menciptakan sentimen negatif yang berdampak luas pada pasar saham global, termasuk Indonesia.

Tantangan Domestik: Defisit APBN dan Pelemahan Rupiah

Di sisi domestik, sejumlah tantangan ekonomi juga turut menekan performa IHSG. Penurunan penerimaan negara hingga 30 persen telah mengakibatkan pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Lebih detail, penerimaan pajak merosot 30,19 persen secara tahunan menjadi Rp 269 triliun. Defisit APBN mencapai angka Rp 31,2 triliun pada Februari 2025, sementara belanja pemerintah turun 7 persen. Situasi ini berdampak pada peningkatan utang negara sebesar 44,77 persen pada Januari 2025. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran investor akan risiko fiskal Indonesia.

Data yang dipaparkan Nicodemus selaras dengan laporan Antara, yang menyebutkan bahwa kombinasi faktor-faktor ini telah menciptakan ketidakpastian dan memicu investor untuk beralih ke instrumen investasi yang lebih konservatif dan dianggap lebih aman, seperti obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam situasi ekonomi yang penuh tantangan, investor cenderung mencari aset dengan risiko yang lebih rendah.

Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian

Analisis Nicodemus menunjukkan bahwa dalam kondisi ekonomi saat ini, pasar saham dinilai kurang menarik bagi investor. Ketidakpastian global dan tantangan fiskal domestik telah mengubah persepsi risiko, mendorong pergeseran alokasi investasi menuju instrumen yang lebih stabil dan minim risiko. Kondisi ini menekankan pentingnya diversifikasi portofolio investasi bagi para investor untuk mengurangi dampak volatilitas pasar.

Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya analisis mendalam sebelum berinvestasi di pasar saham. Memahami faktor-faktor global dan domestik yang mempengaruhi pasar menjadi kunci dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat dan bijak.