Misteri Hilangnya AKP Tomi Samuel Marbun: Perwira Berprestasi yang Menghilang di Tengah Operasi di Teluk Bintuni
Misteri Hilangnya AKP Tomi Samuel Marbun: Perwira Berprestasi yang Menghilang di Tengah Operasi di Teluk Bintuni
Kasus hilangnya AKP Tomi Samuel Marbun, Kasat Reskrim Polres Teluk Bintuni, Papua Barat, telah menjadi sorotan publik dan menimbulkan tanda tanya besar. Hilangnya perwira polisi yang dikenal berprestasi ini sejak 18 Desember 2024, setelah terlibat dalam operasi pengejaran kelompok kriminal bersenjata (KKB) di wilayah tersebut, telah memicu beragam spekulasi dan kekhawatiran. Ketidakjelasan informasi dari pihak berwenang semakin memperkeruh situasi dan menimbulkan keresahan di kalangan keluarga dan masyarakat.
AKP Tomi, putra kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Utara, ini memiliki rekam jejak yang cemerlang. Sebelum bergabung dengan kepolisian, ia sempat diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB). Namun, keinginannya untuk mengabdi kepada negara mendorongnya untuk mencoba masuk Akpol, dan akhirnya lulus pada tahun 2017. Sepanjang karirnya, Tomi dikenal sebagai polisi yang berdedikasi dan dekat dengan masyarakat. Prestasinya bahkan membuatnya mendapatkan penghargaan dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo atas keberhasilannya mengungkap kasus pembunuhan empat pekerja jalan Trans Papua Barat pada tahun 2022. Kehilangan sosok seperti Tomi tentu menjadi pukulan berat bagi institusi Kepolisian dan masyarakat.
Kronologi Kejadian dan Kejanggalan yang Muncul:
Laporan resmi menyatakan AKP Tomi hilang saat operasi gabungan TNI-Polri melawan KKB di Teluk Bintuni. Namun, keterangan dari istri AKP Tomi, Riah Tarigan, kepada Tribun Timur mengungkapkan beberapa kejanggalan. Riah menceritakan percakapan terakhirnya dengan sang suami pada 15 Desember 2024, yang menyatakan niat untuk berbicara empat mata, namun tidak sempat terlaksana. Pada 16 Desember, Tomi memberi tahu istrinya akan bertugas di hutan dan meminta agar istrinya menghubungi kontak tertentu jika terjadi hal buruk. Pada 18 Desember, AKP Tomi dikabarkan hilang kontak. Keluarga menduga ada keterbatasan akses informasi dari pihak kepolisian terkait operasi tersebut, dan merasa adanya ketidakbukaan dalam proses pencarian.
Pencarian yang dilakukan oleh tim gabungan TNI-Polri, yang melibatkan penyisiran sungai, penggunaan longboat, dan bahkan helikopter, hingga kini belum membuahkan hasil. Kapolda Papua Barat, Irjen Jhonny Edison Isir, mengakui kesulitan dalam pencarian dan sempat menghentikan sementara pencarian, namun berjanji akan melanjutkan setelah agenda nasional selesai. KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyatakan kesiapan TNI membantu pencarian, namun perlu memeriksa rincian kejadian terlebih dahulu. Sementara itu, Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengonfirmasi adanya serangan ke markas mereka di Distrik Moskona, Teluk Bintuni.
Peran Keluarga dan Tuntutan Keterbukaan:
Keluarga AKP Tomi, khususnya sang istri, Riah Tarigan, terus mendesak agar kasus ini diusut tuntas. Mereka merasa ada informasi yang disembunyikan dan meminta adanya keterbukaan dari pihak berwenang. Kehadiran anak kecil mereka semakin menambah keprihatinan dan mendesak perlunya penyelesaian kasus ini dengan segera. Riah mengungkapkan kekecewaannya terhadap kurangnya keterbukaan informasi dari pihak kepolisian selama proses pencarian, bahkan hingga bantuan dari TNI untuk pencarian juga ditolak. Keluarga berharap agar semua pihak yang terlibat dalam operasi diperiksa untuk memastikan transparansi dan kelancaran proses pencarian.
Kasus hilangnya AKP Tomi Samuel Marbun bukan hanya kasus kehilangan seorang perwira polisi, tetapi juga menjadi refleksi atas pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap operasi keamanan, terutama di daerah konflik. Kejelasan informasi dan penyelidikan yang menyeluruh sangat dibutuhkan untuk memberikan kepastian kepada keluarga dan masyarakat. Semoga misteri hilangnya AKP Tomi Samuel Marbun dapat segera terungkap dan memberikan keadilan bagi keluarga yang ditinggalkan.