Trading Halt IHSG: Anjloknya Pasar Saham dipicu Defisit APBN dan Ketidakpastian Ekonomi
Trading Halt IHSG: Anjloknya Pasar Saham dipicu Defisit APBN dan Ketidakpastian Ekonomi
Bursa Efek Indonesia (BEI) terpaksa menghentikan sementara perdagangan saham atau trading halt pada sesi pertama perdagangan Selasa, 18 Maret 2025, menyusul anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5 persen. Peristiwa ini menandai trading halt pertama sejak pandemi Covid-19 melanda pada Maret 2020, mengindikasikan lunturnya kepercayaan investor terhadap pasar saham domestik. Anjloknya IHSG merupakan refleksi dari sejumlah faktor fundamental dan eksternal yang saling berkaitan, menciptakan ketidakpastian di pasar dan mendorong investor untuk mencari instrumen investasi yang lebih aman.
Analisis dari berbagai pakar ekonomi mengungkapkan beberapa penyebab utama di balik penurunan drastis IHSG. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menunjuk pada kondisi ekonomi nasional yang melemah sebagai faktor dominan. Ia menyoroti defisit APBN yang mencapai Rp 31,2 triliun pada akhir Februari 2025, berbanding terbalik dengan surplus Rp 22,8 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan pendapatan negara yang signifikan, hanya mencapai Rp 316,9 triliun dibandingkan Rp 439,2 triliun pada Februari 2024, dikombinasikan dengan penurunan belanja negara dari Rp 470,3 triliun menjadi Rp 348,1 triliun, menjadi indikator utama pelemahan fiskal. Selain itu, Wijayanto juga menyinggung beberapa faktor lain yang memperparah situasi, antara lain:
- Kebijakan ekonomi yang dianggap tidak realistis dan kurangnya transparansi dalam implementasinya.
- Meningkatnya kasus korupsi yang merusak kepercayaan investor.
- Potensi gejolak politik akibat revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI).
- Kekhawatiran penurunan peringkat kredit Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional seperti Fitch, Moody’s, dan S&P.
Sementara itu, Maximilianus Nicodemus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menambahkan faktor eksternal yang turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Ketegangan geopolitik global, kebijakan tarif dagang Uni Eropa, dan kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat, menciptakan sentimen negatif di pasar internasional dan berimbas pada pasar saham Indonesia. Kondisi ini mendorong pelaku pasar untuk beralih ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman, seperti obligasi, sehingga aliran dana keluar dari pasar saham.
Kesimpulannya, anjloknya IHSG dan trading halt yang terjadi merupakan cerminan dari berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia, baik dari segi internal maupun eksternal. Defisit APBN, kebijakan ekonomi yang kurang transparan, tingkat korupsi yang tinggi, serta ketidakpastian geopolitik global telah mengikis kepercayaan investor dan mendorong mereka untuk mencari alternatif investasi yang lebih rendah risiko. Peristiwa ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah konkret dalam memperbaiki kondisi ekonomi dan meningkatkan kepercayaan investor agar stabilitas pasar saham dapat dipulihkan.