Runtuhnya IHSG: Tekanan Jual Asing dan Faktor Makro Memicu Penurunan Tajam

Runtuhnya IHSG: Tekanan Jual Asing dan Faktor Makro Memicu Penurunan Tajam

Pada Selasa, 18 Maret 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah tegas dengan menghentikan sementara perdagangan saham (trading halt) pukul 11.19 WIB. Keputusan ini dipicu oleh penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 5 persen, sebuah indikator yang mencerminkan guncangan signifikan di pasar modal domestik. Anjloknya IHSG ini bukan peristiwa terisolasi, melainkan merupakan akumulasi dari beberapa faktor fundamental dan sentimen pasar yang saling terkait.

Salah satu faktor dominan yang berkontribusi pada penurunan tajam ini adalah tekanan jual asing yang sangat signifikan, khususnya pada saham-saham perbankan. Kondisi ini diperburuk oleh koreksi harga yang dalam pada saham-saham yang terafiliasi dengan Grup Prajogo Pangestu dan saham Pantai Indah Kapuk Dua (PANI). Wawan Hendrayana, analis saham sekaligus Head of Research Invovesta Utama, menjelaskan bahwa koreksi ini merupakan kelanjutan tren negatif yang telah berlangsung, dipicu oleh laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bulan Februari yang menunjukkan penurunan fundamental ekonomi, terlihat dari penerimaan dan pengeluaran negara. Penurunan ini, menurut Wawan, menjadi katalis negatif yang memperlemah daya beli masyarakat, yang tercermin dari adanya deflasi.

Selain faktor makro ekonomi yang lemah, beberapa faktor lain juga turut memperparah situasi. Menjelang libur panjang Idul Fitri dan di tengah antisipasi pengumuman suku bunga, investor cenderung mengamankan portofolio mereka dengan melakukan aksi jual. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan jual di pasar dan mempercepat penurunan IHSG. Meskipun demikian, Wawan Hendrayana tetap optimistis bahwa IHSG berpotensi untuk pulih dalam waktu dekat, mengingat tren koreksi tajam sebelumnya sering diikuti oleh rebound teknis.

Data dari RTI memperlihatkan gambaran yang lebih mengkhawatirkan. Hingga pukul 13.25 WIB, IHSG telah turun hingga 6,12 persen atau setara dengan 395,86 poin, mencapai level 6.076,08. Nilai transaksi perdagangan mencapai Rp 10,30 triliun dengan volume perdagangan 16,61 miliar saham. Akibat penurunan ini, kapitalisasi pasar pun ikut merosot menjadi Rp 10.386 triliun. Kejadian ini menjadi pengingat akan pentingnya analisis risiko yang komprehensif dan strategi investasi yang adaptif di tengah volatilitas pasar yang tinggi.

Peristiwa ini menandakan pentingnya pemantauan ketat terhadap indikator ekonomi makro, sentimen pasar, dan pergerakan modal asing. Para investor perlu memperhatikan secara cermat perkembangan situasi dan menyesuaikan strategi investasi mereka untuk meminimalkan risiko kerugian. Pemerintah juga diharapkan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menstabilkan pasar dan meningkatkan kepercayaan investor.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan: * Tekanan jual asing yang masif pada saham perbankan. * Koreksi tajam pada saham Grup Prajogo Pangestu dan PANI. * Penurunan fundamental ekonomi yang tercermin dari APBN Februari. * Dampak negatif deflasi terhadap daya beli. * Antisipasi pengumuman suku bunga dan libur panjang. * Potensi rebound teknis IHSG di masa mendatang.