Anjloknya IHSG Picu Kunjungan DPR ke Bursa Efek Indonesia

Anjloknya IHSG Picu Kunjungan DPR ke Bursa Efek Indonesia

Penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 6,12 persen atau 395,86 poin pada Selasa, 18 Maret 2025, hingga menyentuh level 6.076,08 pada akhir sesi pertama perdagangan, telah memicu reaksi cepat dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, beserta sejumlah anggota DPR, termasuk Ketua Komisi XI DPR Misbakhun dan anggota Komisi XI Puteri Komarudin, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) pada siang hari yang sama. Kunjungan ini dilakukan sebagai respon terhadap peristiwa langka yang terjadi, yaitu pemberlakuan trading halt oleh BEI pada pukul 11.19 WIB, yang merupakan yang pertama kalinya sejak awal pandemi COVID-19 pada Maret 2020.

Kedatangan rombongan DPR disambut oleh pejabat BEI yang langsung memperlihatkan data IHSG kepada para anggota dewan. Suasana pertemuan diwarnai dengan candaan ringan, dengan komentar-komentar mengenai kenaikan IHSG setelah kedatangan mereka. Namun, di balik suasana yang tampak ringan tersebut, terdapat kekhawatiran serius terkait kinerja pasar modal Indonesia yang tengah mengalami guncangan signifikan. Analisis yang mendalam menjadi penting untuk mengidentifikasi penyebab penurunan IHSG dan merumuskan langkah-langkah strategis untuk pemulihan pasar.

Analis pasar, Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, memberikan perspektifnya mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pelemahan IHSG. Menurutnya, penurunan tersebut dipicu oleh sejumlah faktor domestik, terutama kondisi fiskal negara. Data terbaru menunjukkan penurunan penerimaan negara sebesar 30,19 persen secara tahunan menjadi Rp 269 triliun, yang berdampak pada pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Defisit APBN pada Februari 2025 mencapai Rp 3,2 triliun, sementara belanja pemerintah mengalami penurunan sebesar 7 persen. Situasi ini mengakibatkan peningkatan utang negara hingga 44,77 persen pada bulan Januari.

Kondisi fiskal yang memburuk ini, menurut Nico Demus, mempengaruhi kebijakan moneter Bank Indonesia. Kesulitan Bank Indonesia dalam menurunkan suku bunga membuat investor cenderung memilih aset yang dianggap lebih aman, sehingga mengakibatkan capital outflow dari pasar saham domestik. Kondisi ini semakin memperburuk situasi dan menyebabkan penurunan yang cukup tajam pada IHSG. Lebih lanjut, kunjungan DPR ke BEI diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan ini dan mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar saham Indonesia. Langkah-langkah tersebut sangat krusial untuk stabilisasi ekonomi makro dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

DPR dalam kunjungannya diharapkan tidak hanya sebatas kunjungan seremonial namun juga akan melakukan investigasi mendalam, melakukan kajian komprehensif terhadap data dan informasi yang relevan, serta melibatkan para pakar ekonomi dan keuangan untuk mencari solusi yang tepat dan terukur. Langkah-langkah tersebut akan menjadi penting untuk memperbaiki kepercayaan pasar dan mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Transparansi dan akuntabilitas dalam proses investigasi dan penyelesaian masalah menjadi kunci dalam membangun kembali kepercayaan publik dan investor.