Serangan Udara Israel di Gaza: Koordinasi dengan AS dan Eskalasi Konflik Regional
Serangan Udara Israel di Gaza: Koordinasi dengan AS dan Eskalasi Konflik Regional
Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza pada Senin, 17 Maret 2025, telah menimbulkan gelombang kecaman internasional. Serangan yang dilaporkan menewaskan puluhan warga Palestina ini, terjadi setelah konsultasi sebelumnya antara pemerintah Israel dan pemerintahan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat. Hal ini dikonfirmasi oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam wawancara dengan Fox News. Leavitt menyatakan bahwa Gedung Putih telah dilibatkan dalam diskusi terkait operasi militer tersebut. Insiden ini menandai eskalasi konflik paling mematikan sejak gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada 19 Januari 2025, menurut laporan pejabat medis Palestina.
Pihak Hamas melalui seorang pejabat seniornya, menuduh Israel secara sepihak membatalkan perjanjian gencatan senjata tersebut. Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, Presiden Trump mengeluarkan ancaman keras terhadap Hamas, Houthi, Iran, dan semua pihak yang dianggap terlibat dalam aksi terorisme terhadap Israel dan Amerika Serikat. Leavitt, mewakili pernyataan Trump, menegaskan bahwa tindakan-tindakan balasan yang signifikan akan diambil terhadap kelompok-kelompok tersebut. Peringatan keras juga dilontarkan Trump kepada Hamas, mendesak pembebasan sandera yang disandera sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut, menurut otoritas Israel, menyebabkan 1.200 korban jiwa dan sekitar 250 orang disandera.
Konsekuensi dari operasi militer Israel sangat signifikan. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan lebih dari 48.000 warga Palestina tewas, dan hampir 2,3 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi, memicu krisis kemanusiaan dan kelaparan yang meluas. Di tengah situasi ini, rencana Presiden Trump untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan menyerahkan wilayah tersebut kepada AS untuk tujuan rekonstruksi telah menuai kecaman internasional. Rencana tersebut, yang dinilai sebagai pembersihan etnis oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia, PBB, warga Palestina, dan negara-negara Arab, telah semakin memperkeruh situasi yang sudah genting.
Eskalasi konflik tidak hanya terbatas pada Gaza. Amerika Serikat juga melancarkan serangan udara di Yaman pada Sabtu, 15 Maret 2025, yang menargetkan kelompok Houthi. Meskipun Washington mengklaim serangan tersebut menewaskan puluhan anggota Houthi, kelompok tersebut melaporkan angka korban jiwa yang jauh lebih tinggi, yakni setidaknya 53 orang. Serangan-serangan udara ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Houthi. Sejak November 2023, kelompok Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina. Situasi ini menunjukkan kompleksitas konflik yang meluas dan saling terkait di Timur Tengah, di mana tindakan militer di satu lokasi memiliki implikasi yang signifikan di tempat lain.
-
Kronologi Peristiwa:
- 7 Oktober 2023: Serangan Hamas ke Israel.
- 19 Januari 2025: Gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
- 15 Maret 2025: Serangan udara AS di Yaman.
- 17 Maret 2025: Serangan udara besar-besaran Israel di Gaza.
-
Pihak-pihak yang Terlibat:
- Israel
- Hamas
- Amerika Serikat
- Presiden Donald Trump
- Kelompok Houthi
- PBB
- Kelompok hak asasi manusia
- Negara-negara Arab