IHSG Menguat Pasca-Trading Halt: APBN dan Risiko Fiskal Menjadi Sorotan
IHSG Menguat Pasca-Trading Halt: APBN dan Risiko Fiskal Menjadi Sorotan
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) setelah sebelumnya mengalami penghentian sementara perdagangan (trading halt) pada Selasa, 18 Maret 2025. IHSG yang sempat anjlok hingga 5 persen pada pukul 11.19 WIB, mengalami pemulihan signifikan hingga mencapai level 6.153 pada pukul 13.40 WIB. Perdagangan kembali dibuka pada pukul 11.49:31 WIB melalui Jakarta Automated Trading System (JATS) tanpa perubahan jadwal yang signifikan. Pergerakan ini menarik perhatian, mengingat pelemahan IHSG sebelumnya merupakan yang terdalam di kawasan regional.
Kontras dengan penurunan tajam IHSG, bursa saham regional lain justru mencatatkan penguatan. Indeks Nikkei 225 di Jepang misalnya, mengalami kenaikan 1,44 persen. Kenaikan serupa juga terlihat di indeks saham Malaysia (KLSE) sebesar 1,04 persen dan indeks Singapura (STI) sebesar 1 persen. Perbedaan kinerja ini menggarisbawahi faktor-faktor domestik yang mempengaruhi pergerakan IHSG, khususnya kekhawatiran investor terhadap kondisi fiskal Indonesia.
Analisis dari Maximilianus Nicodemus, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, mengungkapkan bahwa penurunan awal IHSG disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap kinerja negatif APBN sejak awal tahun. Data yang tersedia menunjukkan penurunan penerimaan pajak hingga 30 persen pada akhir Februari, mengakibatkan pelebaran defisit APBN. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk meningkatkan penerbitan utang, sehingga rasio utang terhadap PDB mencapai 44,77 persen pada Januari 2025.
"Meningkatnya risiko fiskal di Indonesia menjadi perhatian utama para pelaku pasar," ungkap Nico. "Ketidakpastian ini mendorong banyak investor untuk mencari alternatif investasi yang lebih aman dan menawarkan kepastian imbal hasil yang lebih tinggi." Ia menambahkan bahwa dalam situasi ini, instrumen investasi seperti obligasi mungkin menjadi pilihan yang lebih menarik dibandingkan saham di tengah ketidakpastian ekonomi makro.
Situasi ini menunjukkan kompleksitas pergerakan pasar saham yang dipengaruhi oleh faktor makro ekonomi. Meskipun IHSG berhasil pulih pasca trading halt, ketidakpastian seputar kinerja APBN dan peningkatan risiko fiskal tetap menjadi sorotan utama dan berpotensi mempengaruhi sentimen investor dalam jangka pendek maupun panjang. Pemerintah dan otoritas terkait perlu secara proaktif mengatasi kekhawatiran tersebut dan meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara untuk menjaga stabilitas pasar modal.
Berikut poin penting terkait situasi pasar saham hari ini:
- IHSG anjlok 5 persen sebelum trading halt
- Pemulihan IHSG hingga level 6.153 pada pukul 13.40 WIB
- Bursa regional lain menunjukkan penguatan
- Kekhawatiran investor terhadap kinerja APBN yang negatif
- Penurunan penerimaan pajak 30 persen pada akhir Februari
- Peningkatan rasio utang terhadap PDB hingga 44,77 persen pada Januari
- Risiko fiskal meningkat menjadi perhatian utama investor
- Kemungkinan pergeseran investasi dari saham ke obligasi