IHSG Terjun Bebas: Analisis Dampak Global dan Domestik Serta Strategi Investasi yang Dianjurkan

IHSG Terjun Bebas: Analisis Dampak Global dan Domestik Serta Strategi Investasi yang Dianjurkan

Penurunan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga lima persen pada sesi perdagangan pertama hari ini telah memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk melakukan penghentian sementara perdagangan. Kejatuhan ini mencerminkan tekanan signifikan yang dialami pasar modal Indonesia, diakibatkan oleh kombinasi faktor eksternal dan internal yang saling berkaitan dan memperburuk situasi. Situasi ini menuntut investor untuk lebih cermat dan selektif dalam menyusun portofolio investasi mereka.

Salah satu faktor eksternal yang dominan adalah kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya di Amerika Serikat. Kebijakan ini diprediksi telah meningkatkan inflasi di AS, yang berdampak pada kenaikan suku bunga di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dampaknya, aliran modal asing cenderung berkurang dan investor cenderung menarik investasi mereka dari pasar negara berkembang. Selain itu, perang dagang antara AS dan Tiongkok menimbulkan ancaman dumping dari Tiongkok, yang tengah menghadapi kesulitan dalam mengekspor ke AS. Kondisi ini menambah ketidakpastian di pasar global dan berdampak negatif terhadap pasar saham di Indonesia.

Di dalam negeri, sejumlah faktor juga turut memperparah situasi. Beberapa lembaga investasi internasional telah menurunkan peringkat saham dan rating investasi Indonesia. Hal ini telah menciptakan sentimen negatif di pasar dan mengurangi kepercayaan investor. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai perusahaan, ditambah dengan ancaman deflasi, diperkirakan akan melemahkan daya beli masyarakat. Akibatnya, laju pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi melambat, yang selanjutnya akan berdampak negatif pada kinerja perusahaan-perusahaan publik dan harga sahamnya.

Menurut Harry Su, Managing Director Research and Digital Production PT Samuel Sekuritas Indonesia, situasi politik dalam negeri juga ikut mempengaruhi kepercayaan investor. "Keberadaan Danantara yang sarat intervensi politik, serta terungkapnya sejumlah kasus korupsi besar, menambah kekhawatiran investor asing terhadap transparansi di Indonesia," ujar Harry dalam keterangan pers, Selasa (18/3/2025). Menjelang libur Lebaran, sentimen negatif ini semakin mempercepat aksi jual di pasar saham.

Strategi Investasi di Tengah Ketidakpastian

Di tengah gejolak pasar yang signifikan, strategi investasi yang tepat menjadi kunci untuk meminimalisir risiko. Para investor disarankan untuk menerapkan pendekatan selektif dan fokus pada saham-saham yang memiliki prospek pertumbuhan yang baik, meskipun dalam kondisi pasar yang volatil. Beberapa saham yang direkomendasikan oleh Harry Su antara lain:

  • Saham dengan fundamental kuat dan prospek pertumbuhan yang baik: Indofood CBP (ICBP), Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA).
  • Saham dengan dividen tinggi: Astra International (ASII), HM Sampoerna (HMSP), dan Unilever Indonesia (UNVR). Saham-saham ini menawarkan stabilitas relatif di tengah ketidakpastian pasar.

Sementara itu, Harry Su menyarankan untuk menghindari saham dari sektor teknologi, semen, infrastruktur, dan energi terbarukan untuk sementara waktu, mengingat kondisi pasar yang masih volatil. Diversifikasi investasi juga menjadi kunci penting dalam meminimalisir risiko. "Jangan hanya menempatkan dana di satu instrumen saja. Obligasi dan emas tetap menjadi pilihan menarik di tengah ketidakpastian pasar," imbuhnya. Samuel Sekuritas memprediksi IHSG akan berada di level 7.300 dan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp 16.600 per dolar AS pada akhir 2025.