Kelalaian Ibu Baru di Taiwan Berujung Amputasi Jari Bayi: Hukuman Penjara dan Perdebatan Publik

Kelalaian Ibu Baru Berujung Amputasi Jari Bayi di Taiwan

Sebuah kasus kelalaian yang tragis terjadi di Taiwan, mengakibatkan amputasi tiga jari kaki bayi baru lahir. Peristiwa yang terjadi pada 16 September 2023 ini melibatkan seorang ibu muda bernama Wu yang tertidur setelah menggunakan pengering rambut untuk mengeringkan kasur bayi. Kejadian ini menyoroti pentingnya kewaspadaan orang tua dalam merawat bayi dan memicu perdebatan publik mengenai dukungan kesehatan mental ibu pasca persalinan di Taiwan.

Bayi tersebut terpapar panas dari pengering rambut selama lebih dari tiga jam akibat kelalaian ibunya. Saat terbangun, Wu menemukan kaki bayinya mengalami luka bakar serius. Segera setelah itu, bayi tersebut dilarikan ke rumah sakit. Pemeriksaan medis menunjukkan luka bakar mencapai 15,5% dari permukaan tubuh bayi. Meskipun mendapat perawatan intensif, kerusakan jaringan yang parah mengakibatkan amputasi tiga jari kaki—jari tengah, manis, dan kelingking—pada kaki kiri bayi tersebut.

Proses Hukum dan Vonis

Wu didakwa dengan tuduhan kelalaian yang menyebabkan cedera serius pada anaknya. Dalam persidangan, terungkap bahwa Wu mengonsumsi obat depresi pasca-persalinan dan tertidur karena kelelahan. Ia berdalih tidak menyangka panas dari pengering rambut akan menyebabkan luka bakar parah, terutama karena ia telah memindahkan bayi tersebut dari dekat alat tersebut. Namun, pengadilan berpendapat bahwa sebagai pengasuh utama, Wu seharusnya mempertimbangkan kemungkinan bayi bergerak dan tetap terpapar panas dalam waktu lama. Pengadilan mempertimbangkan latar belakang Wu, namun tetap menyimpulkan bahwa ia lalai dan seharusnya mampu mencegah kejadian ini.

Hakim menjatuhkan vonis lima bulan penjara dan denda sebesar NT$150.000 (sekitar Rp 74,6 juta) kepada Wu. Keputusan ini memicu beragam reaksi publik. Sebagian mengkritik kurangnya kewaspadaan Wu, sementara yang lain menunjukkan simpati, mengingat tantangan merawat bayi baru lahir dan pemulihan pasca persalinan, terutama bagi ibu yang mengalami depresi pasca-persalinan.

Masalah Depresi Pasca-Persalinan di Taiwan

Kasus ini juga kembali menyoroti masalah depresi pasca-persalinan yang meningkat di Taiwan. Menurut laporan Economic Daily News, tingkat depresi pasca-persalinan mencapai 20%, sementara anggaran pemerintah untuk konseling psikologis pasca-persalinan sangat terbatas, kurang dari NT$100.000 (sekitar Rp 49,2 juta) per tahun dari 2022 hingga 2024. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya akses dan dukungan bagi ibu yang mengalami masalah kesehatan mental pasca persalinan.

Dampak Jangka Panjang dan Renungan

Meskipun amputasi jari kaki bayi akan berdampak pada mobilitasnya di masa depan, jaksa penuntut umum menyatakan bahwa dengan kemajuan teknologi medis saat ini, kondisi tersebut dapat ditangani dan tidak akan menyebabkan kondisi yang lebih fatal. Namun, kasus ini tetap menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam merawat bayi, serta perlunya dukungan dan perhatian yang memadai terhadap kesehatan mental ibu pasca persalinan. Kejadian ini juga seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi orang tua lain tentang pentingnya selalu waspada dan memprioritaskan keselamatan bayi di atas segalanya.

Catatan: Informasi nilai tukar mata uang bersifat estimasi.