Masjid Agung Palabuhanratu: Menyongsong Lailatul Qadar di Tengah Sejarah dan Keindahan Pesisir

Masjid Agung Palabuhanratu: Menyongsong Lailatul Qadar di Tengah Sejarah dan Keindahan Pesisir

Ramadan tiba, membawa berkah dan menandai momentum spiritual bagi umat Islam. Sepuluh malam terakhir Ramadan, yang diyakini menyimpan Lailatul Qadar, menjadi waktu yang sangat dinantikan untuk mempererat ikatan dengan Yang Maha Kuasa. Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Masjid Agung Palabuhanratu menjadi salah satu destinasi utama bagi mereka yang ingin menjalankan ibadah itikaf, menghabiskan waktu di masjid untuk beribadah, bertadabbur, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lebih dari sekadar tempat ibadah, Masjid Agung Palabuhanratu menyimpan jejak sejarah panjang. Berdiri sejak tahun 1926 pada masa penjajahan Belanda, masjid ini dibangun di atas tanah wakaf warga Kampung Pakauman. Awalnya, masjid ini berperan sebagai pusat pembelajaran dan peribadatan Islam bagi masyarakat setempat. Setelah melalui perjalanan waktu dan perkembangan, masjid ini secara resmi ditetapkan sebagai Masjid Agung pada tahun 2000, sekaligus menjadi pusat kegiatan keagamaan utama di wilayah pesisir Palabuhanratu. Berlokasi strategis di Jalan Siliwangi, bersebelahan dengan Alun-alun Palabuhanratu, bangunan megah seluas 26 x 26 meter ini terdiri dari tiga lantai dan dihiasi dua menara yang menjulang tinggi, menciptakan siluet yang indah dan khusyuk. Arsitektur masjid yang modern, dengan dinding kaca yang melimpah, memungkinkan cahaya alami masuk dan menciptakan suasana yang terang dan nyaman bagi para jamaah. Keindahan pesisir Samudra Hindia pun dapat dinikmati langsung dari lantai atas masjid, menambah ketenangan spiritual bagi para jamaah yang tengah beribadah.

Menyambut ramainya jamaah yang ingin melaksanakan itikaf di bulan Ramadan tahun ini, panitia Masjid Agung Palabuhanratu telah melakukan berbagai persiapan. Ketua DKM Bidang Imarah sekaligus Ketua Panitia Syiar Ramadan 2025, Ustaz Andriyana, menjelaskan kepada media pada Selasa (18/3/2025) bahwa berbagai fasilitas telah disiapkan untuk kenyamanan para jamaah. Fasilitas tersebut meliputi penyediaan makanan sahur, tempat istirahat yang nyaman, hingga penyejuk ruangan (AC). Pengaturan tempat ibadah juga telah dirancang dengan baik. Lantai satu diperuntukkan bagi jamaah perempuan, lantai dua untuk jamaah laki-laki, dan lantai tiga sebagai cadangan jika jumlah jamaah membludak. Renovasi interior yang baru saja rampung semakin menambah kenyamanan tempat ibadah, termasuk pemisahan toilet dan tempat wudu untuk laki-laki dan perempuan.

Ustaz Andriyana juga menambahkan bahwa panitia membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dan berkontribusi dalam bentuk donasi untuk kegiatan itikaf ini. Demi menjaga keamanan dan ketertiban selama pelaksanaan itikaf, panitia telah membentuk tim keamanan gabungan dari Ikatan Remaja Masjid dan Ansor Banser yang akan bertugas secara bergantian selama 24 jam. Meskipun tidak ada batasan usia untuk mengikuti itikaf, panitia tetap menghimbau agar para jamaah senantiasa menjaga ketertiban dan kekhusyukan ibadah. Pendaftaran itikaf tidak diperlukan, jamaah cukup datang dan membawa perlengkapan pribadi yang dibutuhkan.

Dengan segala persiapan yang matang dan suasana pesisir yang tenang, Masjid Agung Palabuhanratu siap menyambut para jamaah yang ingin merasakan keistimewaan beribadah di bulan Ramadan, khususnya dalam menyambut Lailatul Qadar. Suara deburan ombak Samudra Hindia yang menenangkan menjadi latar belakang yang sempurna untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bagi siapa pun yang mencari pengalaman itikaf yang bermakna, penuh kedamaian, dan bersejarah, Masjid Agung Palabuhanratu menjadi pilihan yang ideal.