Operasional Bus Tronton Tanpa Roda Belakang: Risiko Kerusakan Fatal dan Ancaman Keselamatan

Operasional Bus Tronton Tanpa Roda Belakang: Risiko Kerusakan Fatal dan Ancaman Keselamatan

Viral di media sosial, sejumlah video memperlihatkan bus tronton beroperasi tanpa roda belakang. Praktik ini, yang tampak sekilas masih memungkinkan kendaraan berjalan, menyimpan bahaya laten yang mengancam keselamatan dan berpotensi menimbulkan kerusakan fatal pada kendaraan. Kehilangan satu sumbu roda pada kendaraan berat seperti bus tronton bukanlah hal sepele dan memiliki konsekuensi serius yang perlu dipahami.

Menurut M. Thoyib, Bus Builder Advisor PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia, mengoperasikan bus tronton tanpa roda belakang menimbulkan tiga risiko utama. Pertama, hilangnya dukungan dari sumbu roda belakang mengakibatkan beban berlebih terkonsentrasi pada bagian sasis depan. Hal ini berpotensi menyebabkan retakan atau bahkan patahnya sasis, khususnya di area sekitar titik tumpu roda belakang. Kondisi ini diperparah dengan letak mesin dan sistem pendingin udara (AC) yang umumnya berada di bagian belakang kendaraan. Beban tambahan tanpa penyangga yang memadai dari roda belakang dapat mengakibatkan kerusakan komponen vital tersebut.

Kedua, manuverabilitas kendaraan menjadi sangat terganggu. Roda belakang pada bus tronton memiliki peran krusial dalam membantu putaran kendaraan, terutama saat bermanuver di ruang sempit. Kehilangan fungsi roda belakang akan membuat radius putar kendaraan menjadi jauh lebih besar, sehingga sulit dikendalikan, dan meningkatkan risiko kecelakaan, terutama saat berbelok atau bermanuver di jalan raya yang ramai. Kehilangan kontrol atas kendaraan berukuran besar dan bermuatan berat ini sangat berbahaya dan berpotensi fatal.

Ketiga, stabilitas kendaraan secara keseluruhan menurun drastis. Bus tronton, dengan bodi yang tinggi dan panjang, dirancang dengan sistem tiga sumbu roda untuk menjamin stabilitas. Kehilangan satu sumbu roda menghilangkan keseimbangan yang telah terencana, mengakibatkan kendaraan menjadi tidak stabil dan mudah oleng. Hal ini meningkatkan risiko terguling, khususnya saat melewati jalan yang tidak rata atau saat menghadapi kondisi jalan yang menantang, seperti tikungan tajam atau saat pengereman mendadak. Tingginya risiko kecelakaan akibat ketidakstabilan kendaraan ini sangat mengancam keselamatan pengemudi, penumpang, dan pengguna jalan lainnya.

Kesimpulannya, operasional bus tronton tanpa roda belakang bukanlah sekadar masalah teknis, tetapi merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan mengancam keselamatan. Praktik ini harus dihentikan dan perlu adanya pengawasan yang lebih ketat dari pihak berwenang untuk mencegah kejadian serupa terulang. Para operator kendaraan berat perlu memahami sepenuhnya konsekuensi dari mengoperasikan kendaraan dalam kondisi tidak layak jalan dan memprioritaskan keselamatan di atas segalanya. Penggunaan kendaraan yang tidak aman tidak hanya berisiko menimbulkan kerusakan yang mahal tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal. Penting untuk memastikan seluruh komponen kendaraan berfungsi dengan baik untuk menghindari potensi bahaya yang mengintai.

Daftar poin bahaya operasional bus tronton tanpa roda belakang:

  • Kerusakan sasis dan komponen vital di bagian belakang (mesin, AC).
  • Radius putar yang membesar, menyulitkan manuver, dan meningkatkan risiko kecelakaan.
  • Kehilangan stabilitas kendaraan, meningkatkan risiko terguling.
  • Bahaya bagi pengemudi, penumpang, dan pengguna jalan lainnya.