Ratusan Ribu Siswa Eligible SNBP 2025 Mengundurkan Diri: Analisis Faktor Subjektivitas dan Peran Sekolah

Ratusan Ribu Siswa Eligible SNBP 2025 Mengundurkan Diri: Analisis Faktor Subjektivitas dan Peran Sekolah

Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025 mencatat fenomena yang cukup signifikan: sebanyak 154.329 siswa yang telah melalui proses finalisasi nilai memilih untuk tidak mendaftar. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, di mana hanya 12.904 siswa yang mengundurkan diri setelah finalisasi nilai. Ketua Umum Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Prof. Eduart Wolok, memberikan penjelasan terkait lonjakan angka tersebut dalam konferensi pers pada Selasa (18/3/2025) di kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Dari total 951.675 siswa yang berhak mendaftar (eligible), hanya 776.515 siswa yang akhirnya menyelesaikan proses pendaftaran SNBP 2025. Prof. Wolok menekankan bahwa proses verifikasi kelayakan siswa (eligible) dan finalisasi nilai sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab sekolah. Namun, keputusan untuk mendaftar atau tidak pada akhirnya berada di tangan siswa. “Sistem SNBP sendiri berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari jumlah siswa yang mampu melalui proses finalisasi nilai. Penurunan jumlah pendaftar menunjukkan aspek subjektivitas siswa dalam menentukan pilihan jalur masuk perguruan tinggi,” jelas Prof. Wolok.

Lebih lanjut, Prof. Wolok menjelaskan bahwa perbedaan signifikan antara jumlah siswa eligible dan jumlah pendaftar bukanlah indikasi kegagalan sistem, melainkan refleksi dari pilihan individual siswa. Ia menekankan pentingnya peran sekolah dalam mendorong siswa eligible untuk mendaftar SNBP. “Kami telah mengimbau sekolah-sekolah untuk memastikan bahwa siswa yang telah dinyatakan eligible memanfaatkan kesempatan tersebut,” ujarnya. Sekolah diberikan kuota pendaftaran SNBP berdasarkan akreditasi: 40% untuk sekolah terakreditasi A, 25% untuk sekolah terakreditasi B, dan 5% untuk sekolah terakreditasi C. Sekolah yang menggunakan e-Rapor mendapatkan tambahan kuota sebesar 5%.

Prof. Wolok memberikan contoh kasus: Suatu sekolah dengan kuota 100 siswa eligible mungkin hanya memiliki 80 siswa yang mendaftar SNBP setelah finalisasi nilai. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat celah antara potensi dan realisasi pendaftaran. Oleh karena itu, peran aktif sekolah dalam memberikan informasi dan motivasi kepada siswa sangat krusial untuk memaksimalkan kuota eligible yang telah diberikan. SNPMB mendorong sekolah untuk proaktif dalam memberikan konseling dan bimbingan kepada siswa agar dapat memanfaatkan kesempatan tersebut. Ke depan, SNPMB akan terus melakukan evaluasi dan perbaikan sistem untuk mendukung akses yang lebih merata dan efektif bagi calon mahasiswa dalam mengikuti SNBP.

Kesimpulannya, penurunan jumlah pendaftar SNBP 2025 setelah finalisasi nilai bukan semata-mata disebabkan oleh kesalahan sistem, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor subjektivitas siswa dan peran sekolah dalam memberikan dukungan dan informasi yang memadai kepada para siswa eligible. Perlu adanya kolaborasi yang lebih kuat antara SNPMB dan sekolah untuk memastikan bahwa setiap siswa yang berhak mendapatkan kesempatan tersebut dapat memanfaatkannya secara optimal.