Analisis Kinerja Pendidikan Indonesia: Tantangan Peningkatan Skor PISA dan Strategi Menuju SDM Unggul
Analisis Kinerja Pendidikan Indonesia: Tantangan Peningkatan Skor PISA dan Strategi Menuju SDM Unggul
Debat publik mengenai masa depan Indonesia di tengah transisi pemerintahan saat ini, ditandai dengan munculnya tagar #KaburAjaDulu di media sosial, mencerminkan keresahan dan harapan akan masa depan bangsa. Perdebatan ini, walau tampak pesimistis, justru menunjukkan kepedulian publik terhadap pembangunan nasional, khususnya dalam konteks pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pemerintah pun dituntut untuk merespon keresahan tersebut melalui kebijakan yang tepat sasaran dan berdampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan.
Salah satu indikator kunci keberhasilan pembangunan SDM adalah skor PISA (Programme for International Student Assessment). Hasil PISA 2022 menempatkan Indonesia pada peringkat 66 dari 81 negara peserta, menunjukan penurunan signifikan pada literasi membaca, matematika, dan sains dibandingkan hasil PISA 2018. Penurunan skor ini menjadi perhatian serius pemerintah, yang berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperbaiki posisi Indonesia dalam peringkat PISA. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu'ti, telah menegaskan komitmennya untuk meningkatkan skor PISA berdasarkan arahan Presiden, termasuk melalui peningkatan pelatihan guru matematika dan strategi inovatif lainnya.
Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan dan Skor PISA
Pemerintah perlu merumuskan strategi yang terintegrasi dan terfokus untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selama ini, banyak faktor yang menghambat proses belajar mengajar, baik dari sisi siswa maupun guru. Meskipun telah banyak investasi dalam pelatihan guru dan infrastruktur teknologi, hasilnya belum optimal. Perubahan kepemimpinan di tingkat nasional dapat menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap program-program yang telah berjalan, membuang program yang sudah usang dan memperbaiki yang masih relevan. Inovasi kebijakan sangat krusial, dengan memperhatikan tujuan utama pendidikan, target peningkatan skor PISA, serta arah politik ekonomi nasional.
Keterkaitan antara Kebutuhan SDM Masa Depan dan Kurikulum Pendidikan
Perbaikan mutu pendidikan harus selaras dengan kebutuhan SDM global di masa depan. World Economic Forum telah mengidentifikasi sejumlah keahlian yang dibutuhkan hingga tahun 2030, antara lain:
- Analytical thinking
- Creative thinking
- Resilience, flexibility and agility
- Motivation and self-awareness
- Curiosity and lifelong learning
- Technological literacy
- Dependability and attention to detail
- Empathy and active listening
- Leadership and social influence
- Quality control
Kurikulum pendidikan, baik di sekolah maupun perguruan tinggi, perlu dirancang untuk mengembangkan keahlian-keahlian tersebut. Peningkatan kemampuan di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) perlu terus didorong, namun harus diimbangi dengan pengembangan keahlian kognitif dan kemampuan pemecahan masalah. Data dari Bappenas menunjukkan tren peningkatan program studi STEM, namun jumlah mahasiswa STEM masih lebih rendah dibandingkan dengan program studi sosial humaniora.
Faktor Non-Teknis yang Mempengaruhi Skor PISA
Meningkatkan skor PISA bukan hanya soal teknis pembelajaran saja. Geoff Barton (2023), Sekretaris Association of School and College Leaders United Kingdom, menekankan pentingnya faktor non-teknis, seperti kekurangan guru dan kesejahteraan siswa. Kekurangan guru, khususnya di sekolah-sekolah yang gurunya merangkap sebagai kepala sekolah, menjadi kendala yang signifikan. Selain itu, faktor 'student happiness' juga berpengaruh. Kemiskinan dan masalah ekonomi keluarga dapat menyebabkan kecemasan, stres, dan mengganggu proses belajar siswa.
Di Indonesia, tantangannya masih kompleks, termasuk infrastruktur sekolah, akses internet, dan kesejahteraan guru. Namun, fokus utama adalah menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan suportif, yang dapat mendorong siswa untuk bermimpi dan terus belajar. Upaya pemerintah untuk meningkatkan skor PISA harus terintegrasi dan holistik, mempertimbangkan aspek teknis dan non-teknis, serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam sistem pendidikan.
Munawir Aziz, Penerima beasiswa AIFIS untuk studi dan riset di Amerika Serikat; Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom (2020-2023)