Pemulihan Penerimaan Pajak: IHSG Pulih Setelah Anjlok Akibat Restitusi Pajak
Pemulihan Penerimaan Pajak: IHSG Pulih Setelah Anjlok Akibat Restitusi Pajak
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan terkait kinerja penerimaan pajak yang sempat mengalami penurunan signifikan pada akhir Februari 2025, namun menunjukkan pemulihan pesat pada pertengahan Maret 2025. Penurunan penerimaan pajak hingga 30 persen secara tahunan pada akhir Februari telah memicu kekhawatiran di pasar modal, ditandai dengan penghentian sementara perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 5 persen. Namun, data terbaru menunjukkan tren positif yang signifikan.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa hingga tanggal 17 Maret 2025, penerimaan pajak telah tumbuh sebesar 6,6 persen secara bruto. Angka ini merupakan peningkatan drastis dibandingkan dengan posisi akhir Februari yang mencatat angka negatif 3,8 persen. Ia menekankan bahwa pemulihan ini terjadi dalam waktu relatif singkat, yakni hanya dalam 17 hari. Pemerintah berhasil membalikkan tren negatif dalam waktu relatif singkat, sebuah indikasi dari kemampuan adaptasi dan respon pemerintah terhadap dinamika ekonomi.
Penyebab utama penurunan penerimaan pajak pada Februari 2025, menurut Sri Mulyani, adalah klaim restitusi pajak yang signifikan terkait kebijakan Tarif Efektif Rata-rata (TER) atas Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2024. Kelebihan pembayaran pajak pada tahun 2024 diklaim kembali pada Januari dan Februari 2025, sehingga mengakibatkan penurunan penerimaan negara hingga sekitar 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, Menteri Keuangan memastikan bahwa fenomena ini bersifat sementara dan tidak akan berulang pada bulan-bulan berikutnya, sehingga tidak akan berdampak signifikan terhadap proyeksi penerimaan pajak jangka panjang.
Sri Mulyani berharap data positif ini akan meredakan kekhawatiran pasar dan memberikan sentimen positif bagi IHSG. Ia juga berupaya menenangkan pasar dan media terkait kinerja APBN 2025, yang sempat dikaitkan dengan penurunan IHSG. Analisis dari Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus, sebelumnya menyebutkan bahwa penurunan IHSG disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap kinerja APBN yang negatif di awal tahun, termasuk penurunan penerimaan pajak dan peningkatan utang pemerintah hingga 44,77 persen pada Januari 2025. Nicodemus menambahkan bahwa kekhawatiran akan meningkatnya risiko fiskal menyebabkan investor beralih ke instrumen investasi lain yang dianggap lebih aman, seperti obligasi.
Kesimpulannya, pemulihan signifikan penerimaan pajak pada Maret 2025 memberikan sinyal positif bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Meskipun sempat terjadi penurunan yang signifikan, pemerintah berhasil mengatasi permasalahan tersebut dengan cepat dan transparan. Ke depan, transparansi dan komunikasi yang efektif antara pemerintah dan pasar modal sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi.
Berikut poin penting penjelasan Sri Mulyani:
- Penerimaan pajak tumbuh 6,6 persen pada 17 Maret 2025.
- Penurunan pada Februari disebabkan oleh restitusi pajak terkait kebijakan TER PPh Pasal 21 tahun 2024.
- Pemerintah memastikan fenomena tersebut tidak akan berulang.
- Pemerintah berharap pemulihan ini memberikan sentimen positif kepada pasar.