Konflik Gaza: 413 Warga Palestina Tewas, Mayoritas Sipil, Gencatan Senjata Kandas

Konflik Gaza: Eskalasi Kekerasan dan Korban Jiwa yang Memburuk

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan angka korban tewas akibat serangan militer Israel yang kembali meningkat tajam, mencapai 413 jiwa pada Selasa (18/3/2025). Angka ini merupakan tragedi kemanusiaan yang mengkhawatirkan, mengingat mayoritas korban merupakan warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Juru bicara Badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Basal, menyatakan keprihatinan mendalam atas serangan yang dinilai tidak membedakan antara target militer dan warga sipil. Serangan yang menargetkan fasilitas umum seperti sekolah dan kamp pengungsi semakin memperparah situasi kemanusiaan yang sudah kritis di Jalur Gaza.

Kegagalan Gencatan Senjata dan Tuduhan Timbal Balik

Gencatan senjata yang diprakarsai oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat (AS) yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025, telah gagal mencegah eskalasi konflik. Kegagalan ini memicu saling tuding antara Hamas dan Israel. Hamas menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan gencatan senjata, sementara Israel balik menyalahkan Hamas karena tidak memenuhi kesepakatan yang telah disepakati, termasuk pembebasan sandera. Seorang pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya menyatakan kepada AFP bahwa operasi militer akan terus berlanjut dan mungkin diperluas, meningkatkan kekhawatiran akan jatuhnya korban jiwa lebih banyak lagi. Situasi ini semakin meningkatkan tensi dan keraguan akan prospek perdamaian jangka pendek.

Upaya Perundingan dan Pertukaran Tahanan yang Buntu

Di tengah eskalasi konflik, Amerika Serikat berupaya menjadi penengah dengan mengajukan proposal pertukaran tahanan. Utusan khusus Presiden AS, Steve Witkoff, pada Minggu (16/3/2025), menawarkan kesepakatan pembebasan lima sandera, termasuk warga negara Israel-Amerika Edan Alexander, sebagai imbalan pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina dari penjara Israel. Hamas sebelumnya menyatakan kesediaan untuk membebaskan Alexander dan empat sandera lain yang disebut berkewarganegaraan ganda Israel-Amerika. Namun, Witkoff menyatakan tanggapan Hamas terhadap proposal tersebut sebagai "tidak dapat diterima", sehingga peluang tercapainya kesepakatan pertukaran tahanan masih sangat tipis.

Dampak Kemanusiaan dan Tantangan Ke Depan

Serangan udara Israel yang terus berlanjut menimbulkan dampak kemanusiaan yang sangat serius di Gaza. Kekurangan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan semakin mempersulit kehidupan warga sipil. Organisasi bantuan internasional menyerukan gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan yang tidak terhalang untuk memberikan bantuan kepada korban konflik. Ke depan, diperlukan upaya diplomasi intensif dan komitmen dari semua pihak untuk mencapai penyelesaian damai dan mencegah jatuhnya korban sipil lebih banyak lagi. Situasi ini menjadi ujian nyata bagi komunitas internasional untuk mengambil langkah konkret dalam menyelesaikan konflik dan melindungi warga sipil yang menjadi korban. Kegagalan dalam hal ini akan berdampak pada stabilitas kawasan dan menciptakan siklus kekerasan yang berkelanjutan.