Pembekuan Dana Media AS: Pujian Beijing, Kecaman Jurnalis, dan Implikasi Global
Pembekuan Dana Media AS: Pujian Beijing, Kecaman Jurnalis, dan Implikasi Global
Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membekukan pendanaan Badan Media Global AS (USAGM), yang menaungi media seperti Voice of America (VOA) dan Radio Free Asia (RFA), telah memicu reaksi beragam di tingkat internasional. Sementara media pemerintah China menyambut langkah tersebut dengan pujian, banyak pihak, termasuk jurnalis AS dan organisasi pers, mengecamnya sebagai serangan terhadap kebebasan pers.
Global Times, surat kabar pemerintah China, menyatakan bahwa VOA memiliki rekam jejak buruk dalam pelaporan seputar China, bahkan menyebutnya sebagai 'pabrik kebohongan'. Mereka mengklaim bahwa narasi negatif VOA tentang China akan semakin terbantahkan seiring meningkatnya akses warga Amerika terhadap informasi yang lebih beragam dan akurat. Sentimen serupa diungkapkan oleh mantan penguasa otoriter Kamboja, Hun Sen, yang memuji keputusan Trump sebagai 'kontribusi besar untuk memberantas berita palsu', mengingat pelaporan kritis RFA terhadap pelanggaran HAM di negaranya. Sikap pro-pemerintah China ini menunjukkan adanya upaya untuk membungkam suara-suara kritis terhadap kebijakan domestik mereka.
Sebaliknya, banyak jurnalis dan organisasi pers internasional mengecam keputusan Trump ini. Valdya Baraputri, seorang jurnalis VOA yang terkena dampak pemotongan dana, menyatakan keprihatinannya atas potensi berkembangnya penyebaran informasi yang tidak akurat dan tidak seimbang akibat penutupan VOA. National Press Club, organisasi perwakilan jurnalis terkemuka di AS, menegaskan bahwa keputusan tersebut merusak komitmen lama AS terhadap kebebasan pers dan independensi jurnalistik. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi implikasi lebih luas bagi jurnalisme internasional dan akses publik terhadap informasi yang obyektif dan terpercaya.
VOA dan RFA selama ini dikenal karena pelaporan mereka yang berani dari negara-negara dengan kebebasan pers yang terbatas. VOA, yang siarannya diblokir di China, telah menyajikan liputan kritis tentang isu-isu sensitif seperti protes terkait karantina COVID-19 dan kematian akibat COVID-19. Sementara itu, RFA telah secara konsisten meliput pelanggaran HAM di Kamboja dan laporan mengenai jaringan pusat penahanan di Xinjiang, China. Pembekuan dana ini berpotensi membatasi akses publik terhadap informasi penting mengenai pelanggaran HAM dan situasi politik di berbagai negara, sehingga menghambat upaya pengawasan dan akuntabilitas.
Peristiwa ini juga menyoroti kompleksitas hubungan antara politik, media, dan kebebasan pers di era globalisasi. Sikap kontras antara pujian dari media pemerintah China dan kecaman dari organisasi pers internasional memperlihatkan perbedaan yang tajam dalam perspektif dan nilai-nilai seputar peran media dalam masyarakat.
Kesimpulannya, pembekuan dana untuk media pemerintah AS menimbulkan pertanyaan mendalam tentang komitmen terhadap kebebasan pers, akuratnya informasi publik, dan pengaruh politik dalam dunia jurnalistik global. Dampak jangka panjangnya masih perlu dipantau dan dianalisis secara lebih mendalam.
Daftar poin penting:
- Pembekuan dana USAGM oleh Presiden Trump.
- Reaksi beragam dari China dan AS.
- Kritik terhadap VOA dan RFA dari media China.
- Kecaman dari jurnalis dan organisasi pers AS.
- Implikasi bagi kebebasan pers global.
- Pelaporan VOA dan RFA tentang China, Kamboja, dan Korea Utara.
- Kekhawatiran atas penyebaran informasi yang tidak akurat.