Patung Liberty Tetap di AS: Gedung Putih Tolak Permintaan Perancis, Singgung Peran AS dalam Perang Dunia II

Patung Liberty Tetap di Amerika Serikat: Respon Gedung Putih atas Permintaan Perancis

Dalam sebuah pernyataan tegas, Gedung Putih menolak tuntutan dari pihak Perancis untuk mengembalikan Patung Liberty. Pernyataan ini muncul sebagai respon terhadap komentar seorang politisi Perancis yang mengkritik pemerintahan Presiden Trump, menyatakan bahwa Amerika Serikat saat ini tidak lagi merefleksikan nilai-nilai yang mendasari pemberian patung ikonik tersebut. Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, dalam wawancara dengan Politico pada Senin (17/3/2025), menyatakan penolakan tersebut dengan lantang dan bahkan memberikan sindiran balik. Leavitt menekankan kontribusi penting Amerika Serikat dalam pembebasan Perancis dari kekuasaan Nazi Jerman selama Perang Dunia II, menyarankan agar pihak Perancis merenungkan ulang jasa-jasa Amerika Serikat dalam sejarah mereka sebelum melontarkan kritik serupa.

"Tentu saja tidak (akan dikembalikan), " tegas Leavitt. "Saran saya untuk politisi Perancis tingkat rendah yang tidak disebutkan namanya itu adalah mengingat jasa AS untuk Perancis. Jika bukan karena AS, orang Perancis mungkin berbicara dalam Bahasa Jerman saat ini." Pernyataan ini menekankan peran krusial Amerika Serikat dalam sejarah Perancis dan secara implisit menghubungkan kelanjutan keberadaan Patung Liberty di Amerika dengan ikatan historis antara kedua negara.

Kritik dari Politisi Eropa dan Dampaknya pada Hubungan AS-Perancis

Permintaan pengembalian Patung Liberty awalnya dilontarkan oleh Raphael Glucksmann, anggota Parlemen Eropa asal Perancis, dalam sebuah konvensi partai. Glucksmann berpendapat bahwa Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump telah menyimpang dari nilai-nilai kebebasan dan demokrasi yang dilambangkan oleh Patung Liberty, yang diberikan Perancis pada tahun 1880-an sebagai simbol persahabatan dan penghapusan perbudakan. Ia menuding kebijakan pemerintahan Trump, termasuk pemangkasan anggaran yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja ribuan ilmuwan dan peneliti, sebagai bukti nyata dari penyimpangan tersebut.

"Kita akan mengatakan kepada orang-orang AS yang memilih berpihak pada para tiran, kepada orang-orang AS yang memecat para peneliti hanya karena mereka menuntut kebebasan ilmiah, ‘Kembalikan Patung Liberty kepada kami,’" ujar Glucksmann. Pernyataan ini menyatakan kekecewaan Perancis terhadap kebijakan internal Amerika Serikat dan menghubungkannya dengan simbol kebebasan dan demokrasi yang diwakili oleh Patung Liberty. Glucksmann bahkan menawarkan untuk menampung para ilmuwan dan peneliti yang terkena dampak pemotongan anggaran di Amerika Serikat, sebuah tawaran yang dapat diinterpretasikan sebagai bentuk tekanan diplomatik terhadap pemerintahan Trump.

Meskipun permintaan Glucksmann mendapat perhatian publik, perlu diingat bahwa secara hukum Perancis tidak memiliki hak untuk menuntut pengembalian Patung Liberty, yang telah menjadi properti resmi Pemerintah AS. Langkah untuk mengambil kembali patung tersebut dapat berpotensi merusak hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Perancis, khususnya di tengah upaya Presiden Perancis Emmanuel Macron untuk mencari jalan keluar damai bagi konflik Rusia dan Ukraina. Situasi ini menyoroti kompleksitas hubungan internasional dan penggunaan simbol-simbol bersejarah dalam konteks politik modern.

Implikasi dan Analisis: Pernyataan Gedung Putih dan kritik dari pihak Perancis mencerminkan tegangan dalam hubungan bilateral antara kedua negara. Perdebatan seputar Patung Liberty bukan hanya sekedar perselisihan atas sebuah monumen, melainkan juga mencerminkan perbedaan pandangan mengenai nilai-nilai demokrasi, kebebasan akademik, dan peran Amerika Serikat dalam panggung dunia.