Di Balik 'Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka': Proses Kreatif dan Pesan Tersirat dalam Karya Terbaru dr. Andreas Kurniawan
Di Balik 'Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka': Proses Kreatif dan Pesan Tersirat dalam Karya Terbaru dr. Andreas Kurniawan
Buku terbaru dr. Andreas Kurniawan, "Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya," yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU), bukanlah sekadar karya fiksi. Ia merupakan perpaduan unik antara pengalaman klinis sang penulis sebagai dokter dan eksplorasi mendalam terhadap kesehatan mental, dikemas dengan sentuhan humor dan gaya penulisan yang ringan. Inspirasi buku ini bermula dari konsultasi dengan seorang pasien yang mengungkapkan keinginan uniknya untuk menjadi pohon semangka di kehidupan selanjutnya. Pernyataan tersebut, yang mungkin terdengar aneh bagi sebagian orang, justru menjadi titik awal bagi dr. Andreas untuk menggali lebih dalam tentang kondisi psikologis pasien dan pemahaman akan kesehatan mental yang lebih holistik.
Dalam wawancara bersama detikcom, dr. Andreas, yang dikenal luas di media sosial sebagai @dr.ndreamon, menjelaskan proses kreatif di balik buku semi-fiksi ini. Ia mengungkapkan bahwa penulisan buku tersebut memakan waktu 22 hari, meskipun proses perenungan dan pengumpulan ide telah berlangsung selama 1,5 tahun. Keunikan pendekatannya terletak pada upaya untuk menyajikan tema kesehatan mental yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami dan relatable, tanpa mengorbankan kedalaman makna yang ingin disampaikan. Dr. Andreas secara sadar memilih gaya penulisan yang humoris dan menghindari istilah-istilah medis yang rumit, sebuah strategi yang disengaja untuk menjangkau pembaca yang lebih luas, termasuk mereka yang mungkin belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang kesehatan mental.
Keputusan untuk menulis buku dengan cara yang ringan dan menghibur ini juga didorong oleh keinginan dr. Andreas untuk menjungkirbalikkan citra dokter yang kaku dan formal. Ia bahkan mengaku mengharapkan kritik dari para dosen yang membacanya. "Kapan ya dosen aku menegur," ujarnya sambil tersenyum. "Sebagai profesi dokter ada imej yang perlu dijaga. Nggak boleh marah dan nangis. Saya menuliskan ini dengan jujur, sejujur-jujurnya." Respon yang diterima sejauh ini justru positif. Beberapa dosen yang telah membaca bukunya memuji sisi kemanusiaan yang terpancar kuat di dalamnya. Banyak pasien yang berkonsultasi dengannya, dan pembaca bukunya, mengungkapkan rasa lega dan terbantu setelah membaca karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang unik dan humanis dari dr. Andreas telah berhasil menciptakan dampak positif bagi para pembacanya.
Lebih jauh, penggunaan metafora "pohon semangka" yang unik dalam judul buku ini mengisyaratkan kompleksitas yang tersembunyi di balik kehidupan sehari-hari. Pohon semangka, yang tidak begitu dikenal banyak orang, mewakili suatu realita tersembunyi yang memiliki manfaat yang luas, layaknya kesehatan mental yang seringkali diabaikan namun sangat penting bagi kesejahteraan seseorang. Dengan demikian, buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga membuka dialog tentang pentingnya kesehatan mental dan pemahaman yang lebih empati terhadap kondisi psikologis individu.
Melalui karyanya, dr. Andreas Kurniawan memberikan kontribusi berharga dalam upaya mendemistifikasi kesehatan mental dan mendorong lebih banyak orang untuk peduli dan mencari pertolongan jika dibutuhkan. Buku ini membuktikan bahwa pesan-pesan penting dapat disampaikan dengan cara yang menghibur dan mudah dicerna, tanpa mengurangi kedalaman dan esensi dari pesannya.