Renovasi Stadion Kanjuruhan Rampung, Keluarga Korban Tragedi Minta Keadilan Tetap Diperjuangkan

Renovasi Stadion Kanjuruhan Rampung, Keluarga Korban Tragedi Minta Keadilan Tetap Diperjuangkan

Peresmian renovasi Stadion Kanjuruhan pada Senin, 17 Maret 2025, oleh Presiden Prabowo Subianto, menandai babak baru bagi stadion yang pernah menjadi saksi bisu Tragedi Kanjuruhan. Namun, bagi keluarga korban, peresmian tersebut bukan akhir dari perjuangan. Mereka menegaskan bahwa proses penyelesaian tragedi yang menewaskan 135 jiwa masih jauh dari kata selesai, meskipun stadion kini telah siap digunakan kembali untuk pertandingan sepak bola.

Vinsentius Sari, Ketua Perkumpulan Keluarga Korban Kanjuruhan, menyampaikan keprihatinan mendalam bahwa sejumlah permasalahan krusial masih belum terselesaikan. “Renovasi stadion memang penting, namun keadilan bagi korban dan keluarga yang ditinggalkan tidak boleh dikesampingkan,” ujarnya melalui keterangan tertulis pada Selasa, 18 Maret 2025. Ia menjabarkan beberapa poin penting yang masih menjadi tuntutan keluarga korban, antara lain:

  • Keadilan Hukum: Keluarga korban mendesak agar proses hukum terus berjalan dan para pihak yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut diproses secara adil dan transparan. Mereka berharap hukuman yang dijatuhkan sepadan dengan dampak besar yang ditimbulkan Tragedi Kanjuruhan.
  • Restitusi: Pemenuhan restitusi bagi keluarga korban menjadi tuntutan utama. Restitusi ini dianggap sebagai bentuk kompensasi atas kerugian materiil dan immateriil yang dialami akibat hilangnya nyawa dan dampak psikologis yang berkepanjangan.
  • Pemenuhan Asuransi: Keluarga korban juga menuntut agar klaim asuransi bagi korban tragedi segera dipenuhi secara tuntas dan transparan. Proses yang berbelit dan lamban menjadi salah satu keluhan utama.

Vinsentius Sari juga mengungkapkan harapannya untuk dapat bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto guna membahas tuntutan tersebut dan mencari solusi yang adil. “Pertemuan dengan Presiden sangat diharapkan untuk membuka jalur komunikasi yang efektif dan mencari jalan keluar bagi permasalahan yang belum terselesaikan,” tegasnya. Ia berharap agar pemerintah tidak melupakan janji-janjinya untuk memberikan keadilan bagi korban dan keluarga mereka.

Selain itu, Vinsentius Sari juga menyampaikan pesan kepada seluruh stakeholder sepakbola Indonesia, termasuk suporter, manajemen klub, penyelenggara pertandingan, dan petugas keamanan, untuk menjadikan Tragedi Kanjuruhan sebagai pembelajaran berharga. “Semoga tragedi ini menjadi momentum introspeksi bagi semua pihak, sehingga peristiwa serupa tidak terulang kembali,” katanya. Ia berharap Stadion Kanjuruhan yang telah direnovasi, beserta museum dan monumen yang direncanakan, dapat dijadikan sebagai tempat refleksi dan pengingat akan pentingnya keselamatan dan keamanan dalam penyelenggaraan pertandingan sepakbola di Indonesia.

Lebih lanjut, Vinsentius, yang juga merupakan ayah dari salah satu korban, Yohanes Revano Prasetyo, berharap agar tragedi ini menjadi momentum perubahan untuk menciptakan sepakbola Indonesia yang lebih aman, bertanggung jawab, dan bermartabat. Ia menekankan pentingnya pembelajaran dari Tragedi Kanjuruhan untuk mencegah terulangnya peristiwa serupa di masa mendatang. Stadion yang baru, menurutnya, harus diiringi dengan perubahan mendasar dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pertandingan sepak bola nasional.

Peresmian Stadion Kanjuruhan yang baru, bersama 17 stadion lain di Indonesia, menjadi tonggak penting dalam upaya perbaikan infrastruktur sepakbola nasional. Namun, bagi keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, peresmian ini bukanlah tanda berakhirnya perjuangan, melainkan awal dari babak baru untuk memperjuangkan keadilan dan mencegah terulangnya tragedi serupa.