Generasi Muda Indonesia: Garda Terdepan dalam Aksi Nyata Menghadapi Krisis Iklim

Generasi Muda Indonesia: Garda Terdepan dalam Aksi Nyata Menghadapi Krisis Iklim

Peran kaum muda dalam menghadapi krisis iklim semakin krusial. Bukan hanya sebagai penerima dampak, mereka telah menjelma menjadi penggerak perubahan signifikan, menciptakan solusi inovatif dan mengadvokasi kebijakan yang berkelanjutan. Hal ini terlihat dari kiprah sepuluh pemuda Indonesia yang tergabung dalam Youth Leadership Academy (YLA) Plan International Indonesia. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan daerah, namun memiliki kesamaan visi: membangun masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan. Inisiatif-inisiatif mereka, yang berperspektif gender, membuktikan bahwa aksi nyata untuk menyelamatkan bumi dapat dilakukan dari berbagai tingkatan dan skala.

Berikut adalah profil singkat sepuluh pemuda inspiratif tersebut, yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim:

  • Stevi (22): Sebagai pendiri Greeneighbour Indonesia, Stevi fokus pada advokasi kebijakan lingkungan dan penerapan energi terbarukan. Ia berhasil memperkenalkan panel surya kepada nelayan di Jakarta Utara, meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan usaha mereka. Dedikasi Stevi telah membawanya ke Konferensi Menteri Asia-Pasifik tentang Pengurangan Risiko Bencana (APMCDRR) 2024 di Manila.
  • Abdi (21): Bergabung dengan Nirma Kalanting Foundation di Bulukumba, Sulawesi Selatan, Abdi aktif memberikan pelatihan pendidikan lingkungan kepada anak-anak. Ia fokus pada pemberdayaan masyarakat dan telah menjadi delegasi Indonesia di UN ECOSOC Youth Forum 2023.
  • Fafa (24): Bersama Anambas Foundation, Fafa memimpin proyek konservasi laut, termasuk restorasi terumbu karang dan pelatihan penyelam lokal. Proyek "Penjaga Laut Anambas" telah berhasil merehabilitasi 2.714 meter persegi terumbu karang dan melibatkan 10 pahlawan lokal dalam perlindungan dan pemantauan.
  • Alvian (23): Pendiri Literasi Anak Banua di Kalimantan Selatan, Alvian berhasil membangun 17 perpustakaan dan memberikan pendampingan pendidikan kepada 2.000 anak. Upaya ini berhasil menurunkan angka buta huruf dan putus sekolah secara signifikan. Prestasi Alvian telah diakui secara internasional, termasuk undangan dari UNESCO untuk turut serta dalam penyusunan "Green Curriculum" 2024 dan penghargaan Diana Award.
  • Ebi (21): Sebagai mahasiswa Ilmu Politik dan Wakil Koordinator Social Justice Indonesia (SJI), Ebi aktif mengampanyekan hak-hak kelompok marginal dan mendorong keadilan sosial. SJI fokus pada isu-isu seperti gerakan politik anak muda, ruang hijau, dan perencanaan kota yang inklusif.
  • Gita (20): Pendiri Plan to End Violence, Gita fokus pada pencegahan kekerasan di sekolah dan kampanye pengurangan pembakaran sampah melalui Bicara Udara. Kampanye ini telah menghasilkan peningkatan jumlah nasabah bank sampah dan volume sampah yang diolah.
  • Kevin (24): Pendiri gerakan #WeAreEnough yang fokus pada pencegahan perundungan, Kevin juga memimpin Climate Resilience & Rethinking Waste Project. Proyek ini menargetkan 150 peserta dari komunitas pesisir untuk membangun ketahanan iklim dan menerapkan ekonomi sirkular.
  • Theresia (19): Sebagai Direktur Kreatif Economy for Ecology, Theresia menciptakan kegiatan menarik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang krisis iklim. Ia juga berhasil mengumpulkan dana dari barang daur ulang untuk disumbangkan kepada tunawisma.
  • Yuventa (18): Aktivis kesetaraan gender dari NTT, Yuventa aktif mengkampanyekan pencegahan perkawinan anak dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
  • Zahra (24): Pendiri Envolvement.id, Zahra fokus pada pengelolaan sampah dan telah melatih 35 pemimpin muda dalam advokasi iklim. Ia dan timnya telah berhasil mengurangi lebih dari 100 ton sampah plastik.

Kolaborasi untuk Aksi yang Lebih Besar

Tidak hanya bergerak sendiri, sepuluh pemuda ini juga berkolaborasi dalam dua gerakan kolektif: SAFE (Student Action For Environment) for Climate and Gender dan EcoVibes. SAFE fokus pada peningkatan kesadaran siswa SMA tentang krisis iklim dan dampaknya terhadap perempuan, sementara EcoVibes menargetkan peningkatan praktik hidup berkelanjutan dan pengelolaan limbah.

Melalui berbagai inisiatif dan kolaborasi, sepuluh pemuda ini membuktikan bahwa perubahan iklim dapat diatasi dengan aksi nyata dan semangat kolaboratif. Mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk turut serta dalam upaya penyelamatan bumi.