Mitos dan Fakta Seputar Epilepsi: Pemahaman Medis untuk Mengatasi Gangguan Saraf Pusat
Mitos dan Fakta Seputar Epilepsi: Pemahaman Medis untuk Mengatasi Gangguan Saraf Pusat
Selama ini, masih banyak masyarakat yang keliru memahami epilepsi sebagai penyakit akibat kutukan atau pengaruh roh jahat. Anggapan tersebut sama sekali tidak berdasar secara medis. Dokter spesialis saraf dari RS Islam Ibnu Sina Pekanbaru, dr. Putri Auliya, dengan tegas membantah mitos tersebut. Beliau menekankan bahwa epilepsi adalah gangguan neurologis yang dapat dijelaskan secara ilmiah dan ditangani melalui pendekatan medis yang tepat.
"Epilepsi merupakan suatu kondisi di mana terjadi aktivitas listrik yang abnormal di otak," jelas dr. Auliya dalam wawancara baru-baru ini. "Aktivitas listrik yang berlebihan ini memicu kejang-kejang yang tidak dapat dikendalikan oleh penderita." Kejang tersebut dapat manifestasi dalam berbagai bentuk, mulai dari gerakan tubuh yang tiba-tiba hingga perubahan kesadaran yang singkat. Penyebab epilepsi sendiri beragam dan kompleks.
Beberapa faktor yang dapat memicu epilepsi antara lain:
- Kelainan Struktur Otak: Malformasi otak sejak lahir atau kerusakan jaringan otak dapat meningkatkan risiko epilepsi.
- Cedera Kepala: Trauma kepala berat dapat memicu terjadinya epilepsi.
- Stroke: Gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
- Faktor Genetik: Riwayat epilepsi dalam keluarga dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap penyakit ini.
- Penyebab Idiopatik: Dalam beberapa kasus, penyebab epilepsi tidak dapat diidentifikasi meskipun telah dilakukan berbagai pemeriksaan medis.
Meskipun penyebabnya beragam, penting untuk memahami bahwa epilepsi bukanlah penyakit yang tidak dapat diobati. Pengobatan yang tepat, dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup yang sehat, dapat membantu mengendalikan kejang dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Dr. Auliya menyarankan beberapa langkah penting dalam pengelolaan epilepsi:
- Istirahat Cukup: Tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga keseimbangan neurologis dan mengurangi risiko kejang.
- Mengurangi Konsumsi Gula: Konsumsi gula berlebih dapat mengganggu keseimbangan gula darah, yang berpotensi memicu kejang pada penderita epilepsi.
- Menghindari Alkohol: Alkohol dapat memicu kejang dan memperparah kondisi epilepsi.
Selain pengobatan dan perubahan gaya hidup, edukasi publik juga memegang peranan penting dalam menanggulangi stigma negatif terhadap penderita epilepsi. Kurangnya pemahaman tentang epilepsi seringkali menyebabkan penderita mengalami diskriminasi dan cemoohan di masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran masyarakat melalui kampanye edukasi dan penyebaran informasi yang akurat sangatlah krusial. Dengan demikian, penderita epilepsi dapat hidup dengan lebih bermartabat dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang normal dan produktif. Pemahaman medis yang benar dapat membantu kita meruntuhkan mitos dan stigma, serta memberikan harapan baru bagi para penderita epilepsi dan keluarga mereka.