Bidan Profesional Selamatkan Bayi di Ketinggian 35.000 Kaki
Bidan Profesional Selamatkan Bayi di Ketinggian 35.000 Kaki
Seorang bidan, Dr. Tessa, baru-baru ini menunjukkan profesionalisme dan keberanian luar biasa dengan membantu persalinan seorang penumpang di atas pesawat terbang menuju Surabaya. Kejadian dramatis ini terjadi pada ketinggian 35.000 kaki, jauh di atas permukaan laut, di mana situasi darurat medis menuntut tindakan cepat dan tepat. Awalnya, Dr. Tessa, yang tengah menempati kursi 15F, tak menyadari adanya situasi kritis. Keadaan menjadi tegang ketika pilot mengumumkan kebutuhan mendesak akan tenaga medis terlatih di dalam pesawat.
Setelah mengetahui seorang penumpang akan melahirkan, Dr. Tessa dengan sigap merespon panggilan darurat tersebut. Tanpa ragu, ia segera bergerak menuju sumber kejadian. Setelah memastikan kondisi penumpang yang sudah mengalami pecah ketuban dan diperkirakan usia kehamilan 33 minggu, ia langsung mengambil alih proses persalinan. Dengan memanfaatkan peralatan medis yang tersedia di pesawat dan kecakapannya sebagai bidan profesional, Dr. Tessa berhasil membantu kelahiran bayi laki-laki dengan selamat. Kecepatan dan ketelitiannya dalam bertindak terbukti krusial, mengingat keterbatasan waktu dan kondisi yang tidak ideal. Selama proses persalinan, ia secara berkala berkomunikasi dengan pramugari untuk memonitor waktu yang tersisa hingga pendaratan pesawat, memastikan proses persalinan selesai sebelum pesawat mendarat.
Keberhasilan persalinan di ketinggian ekstrem ini patut diapresiasi. Keterampilan Dr. Tessa dalam menangani situasi darurat medis, dikombinasikan dengan peralatan medis yang memadai di dalam pesawat, berhasil menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Keberanian dan dedikasi Dr. Tessa pantas menjadi teladan bagi tenaga medis lainnya. Aksi heroik ini juga menyoroti pentingnya kesiapsiagaan medis di dalam pesawat terbang, khususnya untuk penerbangan jarak jauh yang berpotensi menghadapi situasi darurat medis. Penanganan yang tepat dan efisien sangat krusial dalam situasi seperti ini, dan Dr. Tessa telah memberikan contoh nyata akan hal itu.
Di luar peristiwa heroik ini, Dr. Tessa sehari-harinya berprofesi sebagai dosen di Poltekkes Kemenkes Pontianak. Ia baru saja menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Padjadjaran (UNPAD) pada tahun 2024 melalui beasiswa tugas belajar (Tubel) dari Kementerian Kesehatan. Prestasi akademiknya ini menjadi bukti komitmennya terhadap pengembangan profesi kebidanan. Saat ini, ia aktif sebagai dosen dan memegang beberapa posisi penting di bidang kebidanan, termasuk Ketua Bidang 5 di Kolegium Kebidanan, asesor LAMPTKes, dan Pengurus Daerah IBI Prov Kalbar. Komitmennya untuk mendidik generasi penerus bidan profesional dan berkualitas patut diapresiasi.
Kementerian Kesehatan RI memberikan penghargaan kepada Dr. Tessa atas jasanya yang luar biasa ini. Penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi dan profesionalismenya dalam menyelamatkan nyawa ibu dan bayi di tengah situasi kritis. Kisah Dr. Tessa menjadi inspirasi bagi para tenaga medis untuk selalu siap siaga dan memberikan yang terbaik bagi pasien, di mana pun dan kapan pun mereka dibutuhkan. Kisah ini juga mengingatkan kita akan pentingnya pelatihan dan kesiapsiagaan medis yang memadai, baik di darat maupun di udara.
Ibu dari bayi tersebut hanya ditemani oleh anaknya yang berusia tiga tahun, sementara suaminya bekerja di Malaysia. Dr. Tessa juga mengapresiasi tersedianya peralatan medis yang cukup di pesawat yang sangat membantu dalam situasi darurat. Setelah melahirkan, bayi langsung digendong oleh penumpang lain karena sang ibu masih dalam kondisi pemulihan.