Rendahnya Kesadaran Penggunaan Sabuk Pengaman di Bus Indonesia: Sebuah Tantangan Keselamatan

Rendahnya Kesadaran Penggunaan Sabuk Pengaman di Bus Indonesia: Sebuah Tantangan Keselamatan

Tingginya angka kecelakaan bus di Indonesia kerap berujung pada korban jiwa yang signifikan. Bukan hanya penumpang yang berada di luar kendaraan yang menjadi korban, tetapi juga penumpang di dalam kabin yang sering mengalami cedera serius, bahkan kematian. Salah satu faktor penyebab tingginya angka cedera parah ini adalah rendahnya kesadaran penumpang bus dalam menggunakan sabuk pengaman. Saat terjadi kecelakaan, penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman akan terlempar dengan keras ke berbagai sisi kabin, mengakibatkan cedera traumatis yang dapat berakibat fatal.

Naeem Hassim, Presiden Direktur PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI), mengungkapkan pengamatannya mengenai rendahnya kepatuhan penggunaan sabuk pengaman di kalangan penumpang bus di Indonesia. Dalam wawancara di Jakarta pada Senin, 17 Maret 2025, Naeem menyoroti perbedaan mencolok antara kebiasaan penumpang bus di Indonesia dengan di Eropa. Di Eropa, penggunaan sabuk pengaman di dalam bus merupakan suatu keharusan dan dipatuhi secara ketat. Sopir bus memiliki kewenangan untuk memastikan semua penumpang mengenakan sabuk pengaman sebelum bus mulai bergerak. Jika ada penumpang yang tidak mematuhi aturan tersebut, sopir berhak untuk tidak menjalankan bus hingga semua penumpang menaati aturan keselamatan ini. Ketegasan ini mencerminkan budaya keselamatan yang telah tertanam kuat di negara-negara Eropa.

Berbeda dengan di Indonesia, penggunaan sabuk pengaman di dalam bus masih jauh dari ideal. Meskipun beberapa produsen karoseri bus telah berupaya mengkampanyekan pentingnya penggunaan sabuk pengaman dan bahkan mendesain sabuk pengaman yang lebih sederhana dan mudah digunakan, perubahan perilaku penumpang masih memerlukan upaya yang lebih besar. Tantangan ini bukan hanya terletak pada edukasi dan kesadaran publik, tetapi juga membutuhkan strategi yang komprehensif melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, operator bus, produsen karoseri, hingga media massa.

Perlu adanya kerjasama yang sinergis untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan penumpang. Pemerintah dapat mempertimbangkan regulasi yang lebih tegas terkait penggunaan sabuk pengaman di dalam bus, selain meningkatkan sosialisasi dan edukasi. Operator bus juga memiliki peran penting dalam menegakkan aturan keselamatan ini dan memberikan contoh yang baik kepada para penumpangnya. Produsen karoseri dapat terus berinovasi dalam mendesain sabuk pengaman yang lebih nyaman dan mudah digunakan. Media massa juga dapat berkontribusi dengan menayangkan kampanye publik yang intensif dan informatif terkait pentingnya penggunaan sabuk pengaman.

Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan penggunaan sabuk pengaman di dalam bus merupakan langkah krusial dalam menurunkan angka kecelakaan dan meminimalisir korban jiwa. Upaya kolektif dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan budaya keselamatan berkendara di Indonesia yang lebih baik. Harapannya, kejadian kecelakaan bus yang sering mengakibatkan korban jiwa dapat ditekan seminimal mungkin, dengan kepatuhan dan kesadaran seluruh pihak yang terlibat dalam sistem transportasi darat.

Solusi yang dapat dipertimbangkan:

  • Penegakan hukum yang tegas: Pemerintah perlu memperketat pengawasan dan menindak tegas para penumpang yang tidak menggunakan sabuk pengaman.
  • Sosialisasi dan edukasi masif: Kampanye publik yang intensif dan komprehensif perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan.
  • Desain sabuk pengaman yang lebih ergonomis: Produsen karoseri dapat terus berinovasi untuk menciptakan sabuk pengaman yang lebih nyaman dan mudah digunakan.
  • Kerjasama antar stakeholder: Pemerintah, operator bus, produsen karoseri dan media massa perlu bekerjasama untuk menciptakan sinergi dalam meningkatkan keselamatan.