Gempa Kembar di Tapanuli Utara Sebabkan Kerusakan Infrastruktur dan Korban Jiwa
Gempa Kembar di Tapanuli Utara Sebabkan Kerusakan Infrastruktur dan Korban Jiwa
Gempa bumi kembar yang mengguncang Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara pada Selasa, 18 Maret 2025, telah mengakibatkan kerusakan signifikan pada sejumlah infrastruktur dan menimbulkan korban jiwa. Dua gempa bumi, masing-masing berkekuatan magnitudo 5,5 dan 5,6 skala Richter, yang terjadi pada pukul 05.22 WIB, telah menimbulkan dampak yang cukup luas di wilayah tersebut. Selain menelan satu korban jiwa, gempa tersebut juga mengakibatkan sejumlah warga mengalami luka-luka dan masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Tarutung.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kasi Humas Polres Taput, Aiptu Walpon Baringbing, dampak kerusakan akibat gempa tersebut meliputi kerusakan pada rumah-rumah warga, fasilitas umum, dan juga sejumlah sekolah. Kerusakan sekolah yang teridentifikasi hingga saat ini meliputi satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kecamatan Pahae Jae dan satu SDN di Kecamatan Pahae Julu. Pihak kepolisian masih terus melakukan pendataan untuk memastikan jumlah dan tingkat kerusakan yang lebih lengkap di seluruh wilayah terdampak.
Selain kerusakan pada bangunan sekolah, gempa bumi juga menyebabkan kerusakan pada sejumlah fasilitas umum lainnya. Di Kecamatan Pahae Jae, beberapa fasilitas umum yang mengalami kerusakan antara lain:
- Kantor Kepala Desa Pardomuan Nainggolan
- Bengkel milik Septi Nainggolan
- Jembatan Siria-ria Desa Siopat Bahal
- Retakan pada Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di Desa Silangkitang
- Indomaret Pasar Sarulla
- Tiang listrik yang roboh
Kerusakan infrastruktur yang cukup parah ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak jangka panjang bagi masyarakat Tapanuli Utara. Pemulihan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan warga terdampak menjadi prioritas utama pasca-gempa. Proses pendataan korban dan kerusakan masih terus berlangsung, sehingga angka pasti kerugian materiil dan jumlah korban luka masih dalam proses pemutakhiran.
Korban jiwa akibat gempa tersebut adalah Kartini Manalu, yang meninggal dunia setelah rumahnya tertimpa material longsor saat gempa terjadi. Korban luka, Hulman Hutabarat, yang merupakan suami Kartini Manalu, turut mengalami luka-luka dan masih menjalani perawatan medis. Keduanya tertimpa longsor saat sedang tidur, sehingga tidak sempat menyelamatkan diri.
Kejadian ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Peningkatan kualitas infrastruktur, sistem peringatan dini, dan edukasi masyarakat mengenai mitigasi bencana menjadi hal krusial untuk meminimalisir dampak kerugian dan korban jiwa di masa mendatang. Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu segera mengambil langkah-langkah konkret untuk membantu masyarakat terdampak dan melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana.
Proses pemulihan pasca-bencana ini membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan juga peran serta masyarakat untuk bahu-membahu membantu meringankan beban warga terdampak. Semoga upaya pemulihan dapat segera dilakukan sehingga kehidupan masyarakat di Tapanuli Utara dapat kembali normal.