BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Tekanan Rupiah dan Arus Modal Keluar

BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Tekanan Rupiah dan Arus Modal Keluar

Bank Indonesia (BI) diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2025. Prediksi ini muncul di tengah tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan arus modal keluar yang signifikan dari pasar keuangan Indonesia. Para ekonom menilai langkah ini krusial untuk menjaga stabilitas moneter dan nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Teuku Riefky, ekonom dari LPEM FEB UI, menekankan perlunya BI memprioritaskan stabilitas nilai tukar dan ketahanan pasar keuangan. Menurutnya, mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen merupakan strategi yang tepat untuk menghadapi tekanan eksternal dan mempertahankan daya saing rupiah. Ia mencatat depresiasi rupiah sebesar 1,02 persen secara tahunan terhadap dolar AS hingga 13 Maret 2025, mencapai Rp 16.420 per dolar AS, sementara kinerja mata uang regional lain cenderung menguat. Hanya Lira Turki, Peso Argentina, dan Rupee India yang menunjukkan kinerja lebih buruk daripada rupiah. Depresiasi ini, menurut Riefky, didorong oleh arus modal keluar yang berkelanjutan akibat ketidakpastian ekonomi global, khususnya terkait kebijakan moneter The Fed dan meningkatnya ketegangan perdagangan internasional. Hal ini telah meningkatkan sentimen risiko terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Arus modal keluar yang signifikan juga terlihat di pasar saham Indonesia, dengan total 870 juta dolar AS yang tercatat keluar antara pertengahan Februari dan pertengahan Maret 2025. Riefky juga menyoroti kekhawatiran terkait kurangnya kejelasan mengenai struktur dan efektivitas Badan Pengelola Investasi (BPI) Danareksa sebagai faktor yang turut mempengaruhi sentimen investor.

Senada dengan Riefky, ekonom lain, Josua (nama lengkap tidak disebutkan dalam berita asli), juga memprediksi BI akan mempertahankan BI Rate pada level 5,75 persen. Ia menambahkan bahwa keputusan ini juga mempertimbangkan potensi peningkatan inflasi menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat dan sikap hati-hati The Fed dalam mempertahankan suku bunga acuannya di tengah inflasi AS yang relatif tinggi, juga menjadi pertimbangan penting. Arus modal keluar yang disebabkan oleh sentimen risiko global semakin memperkuat alasan untuk mempertahankan BI Rate pada level tersebut. Dengan demikian, mempertahankan BI Rate dinilai sebagai langkah tepat untuk menjaga stabilitas moneter dan pasar keuangan domestik, meredam dampak negatif dari tekanan eksternal dan potensi peningkatan inflasi.

Kesimpulannya, prediksi para ekonom menunjukkan bahwa BI diyakini akan mempertahankan suku bunga acuan sebagai langkah strategis dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang kompleks. Pertahankan BI Rate di level 5,75 persen diharapkan mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menopang ketahanan pasar keuangan Indonesia di tengah arus modal keluar dan ketidakpastian ekonomi global.