Arab Saudi Kecam Pembantaian Warga Sipil Gaza oleh Israel, Desak Intervensi Internasional

Arab Saudi Kecam Pembantaian Warga Sipil Gaza oleh Israel, Desak Intervensi Internasional

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengecam keras serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang mengakibatkan jatuhnya lebih dari 400 korban jiwa, sebagian besar warga sipil. Serangan besar-besaran yang dilakukan pada Selasa, 18 Maret 2025, ini mendapat kecaman keras dari Riyadh yang mendesak penghentian segera aksi kekerasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Israel terhadap penduduk Palestina. Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam pernyataan resmi yang dirilis Rabu, 19 Maret 2025, mengecam keras aksi pemboman membabi-buta yang dilakukan Israel terhadap pemukiman warga sipil tanpa mengindahkan hukum humaniter internasional. Pernyataan tersebut secara tegas mengutuk pelanggaran HAM yang sistematis dan meluas yang dilakukan oleh pihak Israel.

Serangan udara Israel yang menghantam berbagai wilayah di Jalur Gaza telah menimbulkan malapetaka kemanusiaan yang mengerikan. Data dari otoritas kesehatan Palestina menyebutkan jumlah korban tewas telah melampaui 400 jiwa, dengan angka yang terus meningkat seiring berjalannya waktu. Serangan ini terjadi di tengah kebuntuan upaya perpanjangan gencatan senjata, menunjukkan niat jahat Israel untuk mengabaikan upaya perdamaian dan terus melancarkan aksi agresi. Arab Saudi menekankan pentingnya penghentian segera kekerasan dan pembunuhan oleh Israel, serta perlindungan warga sipil Palestina. Riyadh mendesak komunitas internasional untuk mengambil peran aktif dan segera melakukan intervensi untuk menghentikan kejahatan ini dan meringankan penderitaan rakyat Palestina.

Reaksi keras juga datang dari Hamas, yang menuduh Israel secara terang-terangan melanggar gencatan senjata dan menggagalkan upaya mediasi untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang berkelanjutan. Hamas juga menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, melakukan tindakan yang sama dengan menjatuhkan hukuman mati terhadap 59 sandera Palestina yang masih ditahan di Gaza, yang nasibnya kini tidak jelas. Netanyahu, menurut laporan Reuters, menyatakan telah memerintahkan militernya untuk mengambil tindakan tegas terhadap Hamas, mengatakan hal itu sebagai respons atas penolakan Hamas untuk membebaskan para sandera dan menolak proposal gencatan senjata.

Militer Israel menyebut serangan tersebut sebagai serangan pendahuluan untuk mencegah Hamas melancarkan serangan lebih lanjut ke Israel, dan untuk mencegah Hamas membangun kembali serta mempersenjatai pasukannya di Gaza. Pihak militer mengklaim bahwa serangan mereka menargetkan komandan militer tingkat menengah Hamas, pejabat tinggi, dan infrastruktur militer Hamas. Akan tetapi, kesaksian sejumlah saksi mata menyebutkan bahwa serangan udara juga menghantam pemukiman warga sipil dan kamp pengungsian, yang menunjukan kurangnya ketelitian dan kepatuhan terhadap hukum perang. Laporan juga menyebutkan tank-tank Israel bahkan melintasi perbatasan Gaza.

Di antara korban tewas terdapat beberapa tokoh penting Hamas, termasuk Essam Addalees, kepala pemerintahan Hamas de facto; Ahmed Al-Hetta, Wakil Menteri Kehakiman Hamas; dan Mahmoud Abu Watfa, Wakil Menteri Dalam Negeri dan kepala Dinas Keamanan Hamas. Kejadian ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting di Jalur Gaza dan menimbulkan kekhawatiran akan semakin meluasnya konflik.

Pernyataan keras Arab Saudi ini merupakan indikator kuat dari keprihatinan internasional yang semakin meningkat terhadap situasi di Gaza. Desakan intervensi internasional dari Riyadh menunjukkan urgensi situasi dan perlunya tindakan tegas dari Dewan Keamanan PBB dan komunitas internasional lainnya untuk mengakhiri kekerasan dan melindungi warga sipil di Gaza.