Kutukan Superhero: Jejak Karier Aktor yang Terhenti Setelah Memerankan Tokoh Ikonik Marvel

Kutukan Superhero: Jejak Karier Aktor yang Terhenti Setelah Memerankan Tokoh Ikonik Marvel

Industri perfilman Hollywood, dengan gemerlapnya, tak selalu menjanjikan kesuksesan abadi bagi para aktornya. Banyak yang mendaki puncak ketenaran, namun kemudian karier mereka seakan terhenti, bahkan meredup setelah membintangi film-film superhero. Fenomena ini, yang bisa dibilang sebagai 'kutukan superhero', menimpa sejumlah aktor ternama yang pernah memerankan tokoh ikonik Marvel. Kegagalan sebuah film, meskipun didukung oleh anggaran produksi yang fantastis dan jajaran bintang ternama, dapat berdampak signifikan pada perjalanan karier seorang aktor, bahkan mengubahnya secara drastis.

Eric Bana, pemeran Hulk pertama sebelum Mark Ruffalo dan Edward Norton, merasakan dampak ini secara langsung. Film Hulk (2003), meskipun diproduksi dengan biaya mencapai 137 juta dolar AS, gagal memenuhi ekspektasi di box office. Pendapatan domestik hanya mencapai 132 juta dolar AS, dan total pendapatan global 245 juta dolar AS, jauh dari target yang diharapkan. Kegagalan ini tampaknya turut berpengaruh pada karier Bana, yang kemudian lebih banyak mendapatkan peran pendukung dalam film-film seperti King Arthur: Legend of the Sword.

Thomas Jane, yang memerankan The Punisher (2004), juga mengalami nasib serupa. Meskipun beradu akting dengan John Travolta, film ini hanya meraup 33,8 juta dolar AS di pasar domestik dan 54 juta dolar AS secara global, walaupun sebenarnya sudah untung karena budget hanya 33 juta dolar AS. Meskipun memiliki karier yang menjanjikan sebelumnya, seperti perannya di Deep Blue Sea, karier Jane tampak mandek setelah The Punisher, dengan peran-peran kecil dan bahkan cameo tanpa credit title di film seperti Scott Pilgrim vs. the World.

Ioan Gruffudd, yang memerankan Mister Fantastic di Fantastic Four (2005), juga menjadi korban 'kutukan' ini. Meskipun film tersebut dibintangi oleh Jessica Alba dan Chris Evans, kesuksesannya relatif terbatas, menghasilkan 175 juta dolar AS secara global dan 154 juta dolar AS di pasar domestik dengan budget 100 juta dolar AS. Meskipun lebih baik dari rebootnya, film ini dinilai kurang menghasilkan. Gruffudd, yang pernah meraih penghargaan MTV Movie + TV Awards dan BAFTA Awards, kemudian lebih sering tampil di serial televisi seperti Liar dan Harrow, menandai pergeseran signifikan dalam kariernya.

Topher Grace, yang dikenal karena perannya di That '70s Show, berharap bisa meningkatkan kariernya dengan memerankan Venom di Spider-Man 3 (2007). Namun, meskipun film tersebut sukses secara komersial, perannya yang dinilai kurang menonjol membuat Grace tak mampu memanfaatkan momentum tersebut. Ia kemudian hanya mendapatkan peran-peran kecil di film-film kelas A seperti Interstellar.

Jennifer Garner, yang meraih kesuksesan besar lewat serial Alias, juga mengalami penurunan karier setelah membintangi Elektra (2005), sebuah spin-off dari Daredevil. Kegagalan Elektra di box office membuatnya kehilangan momentum dan lebih sering mendapatkan peran pendukung setelahnya.

Terakhir, Famke Janssen, yang memerankan Jean Grey di beberapa seri X-Men, mengalami kritik tajam atas penampilannya di X-Men: The Last Stand (2006). Perannya kemudian diambil alih oleh Sophie Turner di film-film X-Men selanjutnya, menandai berakhirnya perjalanan panjangnya sebagai Jean Grey. Janssen pun beralih ke serial televisi untuk mendapatkan peran yang lebih konsisten.

Kisah-kisah ini menunjukkan bagaimana, di dunia perfilman yang penuh persaingan, satu keputusan yang salah dapat berdampak besar pada karier seorang aktor. 'Kutukan superhero' ini bukan hanya tentang angka penjualan tiket, tetapi juga tentang bagaimana peran-peran ikonik tersebut, alih-alih mengangkat karier, malah dapat membatasi peluang dan mengubah arah perjalanan karier mereka di masa depan.