Kebijakan Proteksionis AS Hambat Pertumbuhan Ekonomi Global, Indonesia Tetap Tunjukkan Ketahanan

Kebijakan Proteksionis AS Hambat Pertumbuhan Ekonomi Global, Indonesia Tetap Tunjukkan Ketahanan

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. Hal ini terutama didorong oleh kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19 Maret 2025), Perry menjelaskan bahwa kebijakan proteksionis AS ini menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global, meskipun upaya stimulus fiskal telah dilakukan beberapa negara. Ia menambahkan bahwa penurunan inflasi juga tidak sesuai dengan proyeksi yang telah ditetapkan.

Dampak kebijakan tarif impor AS tersebut telah terasa di sejumlah negara ekonomi besar. Eropa, Jepang, India, dan Tiongkok mengalami dampak yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi mereka. Perlambatan ini, menurut Perry, diakibatkan oleh penurunan permintaan domestik di negara-negara tersebut, yang dipicu oleh rendahnya kepercayaan pelaku usaha dan melambatnya ekspor. Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa pelemahan ekonomi Tiongkok akibat kebijakan AS ini sedikit tertahan oleh kebijakan pelebaran defisit fiskal pada tahun 2025. Meskipun demikian, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok tetap menjadi indikator penting atas dampak global kebijakan proteksionisme AS.

Meskipun menghadapi tantangan eksternal tersebut, Indonesia diperkirakan tetap mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik. BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%. Hal ini menunjukkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi global sendiri diprediksi hanya mencapai 3,2% pada tahun 2025, mencerminkan dampak negatif yang cukup signifikan dari kebijakan-kebijakan proteksionis AS.

BI menegaskan komitmennya untuk terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan fiskal guna menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Langkah-langkah strategis akan terus dilakukan untuk memastikan bahwa Indonesia dapat tetap menjaga resiliensi ekonomi di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan dampak negatif dari kebijakan proteksionisme AS. Strategi ini mencakup monitoring yang ketat terhadap perkembangan ekonomi global dan penyesuaian kebijakan sesuai dengan kebutuhan. BI juga akan terus berupaya untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia agar dapat mengurangi dampak negatif dari kebijakan eksternal.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

  • Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat menjadi 3,2% pada tahun 2025.
  • Kebijakan tarif impor AS menjadi faktor utama penyebab perlambatan ekonomi global.
  • Eropa, Jepang, India, dan Tiongkok mengalami dampak negatif dari kebijakan AS tersebut.
  • Indonesia diperkirakan tetap tumbuh di kisaran 4,7% - 5,5% pada tahun 2025.
  • BI berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.