Anjloknya IHSG Picu Sentimen Negatif Publik terhadap Kondisi Ekonomi Nasional

Anjloknya IHSG Picu Sentimen Negatif Publik terhadap Kondisi Ekonomi Nasional

Penurunan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 5 persen pada Selasa, 18 Maret 2025, telah memicu gelombang reaksi negatif di kalangan masyarakat Indonesia, demikian hasil analisis Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Analisis yang dilakukan berdasarkan data media sosial Twitter ini mengungkapkan kekhawatiran publik terhadap kesehatan ekonomi nasional. Mayoritas netizen yang disurvei, tepatnya 71,7 persen, menginterpretasikan penurunan IHSG sebagai indikator memburuknya kondisi ekonomi. Hal ini disampaikan oleh Direktur Pengembangan Big Data INDEF, Eko Listriyanto, dalam diskusi publik virtual pada Rabu, 19 Maret 2025. Sentimen negatif ini mencerminkan keresahan publik terhadap ketidakpastian ekonomi yang sedang melanda.

Lebih rinci lagi, survei INDEF mengungkap beberapa sentimen publik yang beragam terkait penurunan IHSG. Sebagian kecil netizen, yaitu 6,3 persen, mengkritik kurang sigapnya pemerintah dalam menangani situasi ini. Kecemasan juga terlihat dari 5,3 persen netizen yang memutuskan untuk segera menjual saham mereka guna meminimalisir kerugian. Kekhawatiran akan dampak terhadap investasi asing juga diutarakan oleh 2 persen netizen, yang menyatakan bahwa penurunan IHSG dapat mempersulit perusahaan Indonesia dalam menarik investasi. Namun, perlu dicatat bahwa 19 persen netizen berpendapat bahwa penurunan IHSG tidak berdampak langsung pada masyarakat lapisan bawah karena mereka tidak memiliki saham. Satu persen netizen lain menilai bahwa penurunan IHSG bukan disebabkan oleh isu pengunduran diri Menteri Keuangan, melainkan karena melemahnya fundamental saham yang melampaui ekspektasi. Interpretasi beragam ini menunjukkan kompleksitas persepsi publik terhadap peristiwa ini, yang tidak sepenuhnya dikaitkan dengan satu faktor penyebab saja.

Analisis INDEF ini relevan untuk diperhatikan mengingat dampak potensial dari penurunan IHSG terhadap perekonomian nasional. Sentimen negatif publik dapat mempengaruhi kepercayaan investor, baik domestik maupun asing, dan berpotensi memperparah penurunan IHSG. Kondisi ini memerlukan respons yang cepat dan tepat dari pemerintah untuk meredakan kekhawatiran publik dan mengambil langkah-langkah untuk stabilisasi pasar saham. Pemerintah perlu secara transparan menjelaskan kebijakan yang diambil untuk menangani situasi ini dan membangun kembali kepercayaan publik terhadap stabilitas ekonomi. Kehilangan kepercayaan publik dapat menjadi ancaman yang lebih besar dibandingkan penurunan IHSG itu sendiri, karena dapat berdampak pada iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Meskipun IHSG sempat mengalami penurunan lanjutan pada hari berikutnya, yakni turun 13,28 poin (0,21 persen) menjadi 6.458,67, dengan Indeks LQ45 yang naik tipis (0,64 poin atau 0,09 persen) ke 729,99, Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi IHSG akan mengalami rebound dalam rentang 6.400 hingga 6.560. Prediksi ini memberikan sedikit optimisme di tengah kekhawatiran publik. Namun, penting bagi pemerintah dan otoritas terkait untuk terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar dan menenangkan sentimen publik. Transparansi dan komunikasi yang efektif sangat krusial dalam menjaga kepercayaan investor dan meminimalisir dampak negatif yang lebih luas.

Kesimpulannya, anjloknya IHSG tidak hanya merupakan peristiwa ekonomi semata, tetapi juga mencerminkan sentimen publik terhadap kondisi ekonomi nasional. Respons pemerintah dan langkah-langkah yang diambil akan sangat menentukan dalam memulihkan kepercayaan dan stabilitas pasar ke depannya.