Keutamaan Dzikir Subhanallah: Makna, Waktu Dianjurkan, dan Landasannya dalam Al-Quran dan Hadits

Keutamaan Dzikir Subhanallah: Makna, Waktu Dianjurkan, dan Landasannya dalam Al-Quran dan Hadits

Kalimat "Subhanallah", yang berarti "Maha Suci Allah", merupakan dzikir yang sering diucapkan umat Islam. Ungkapan singkat ini mengandung makna yang dalam, yaitu pengakuan akan kesucian dan kebesaran Allah SWT dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan. Penggunaan dzikir ini bukan sekadar rutinitas, melainkan ungkapan penghambaan dan pengagungan terhadap Sang Pencipta. Keutamaannya pun telah ditegaskan dalam Al-Quran dan Hadits, menjadikan "Subhanallah" sebagai amalan yang dianjurkan untuk diamalkan secara rutin.

Secara bahasa, "Subhanallah" berasal dari kata "subhana" (Maha Suci) dan "Allah" (Allah). Penggunaan kata ini mencerminkan keyakinan mendalam akan kesempurnaan Allah SWT, jauh dari segala sifat yang tidak layak bagi-Nya. Hal ini sejalan dengan inti bacaan tasbih, yaitu mensucikan Allah dari segala sifat buruk dan kesalahan. Allah SWT, dalam kesucian-Nya yang mutlak, bebas dari segala kekurangan dan kelemahan.

Al-Quran sendiri mendorong umat Islam untuk senantiasa bertasbih. Surat Qaf ayat 39 memerintahkan, "Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)." (Qaf: 39). Ayat ini menunjukkan pentingnya bertasbih, khususnya pada waktu-waktu tertentu, sebagai bentuk penghambaan dan pengakuan akan kebesaran Allah.

Hadits juga menekankan keutamaan dzikir ini. Rasulullah SAW bersabda, "Dua kalimat yang ringan di lisan, berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Allah: Subhanallah wa bihamdih, Subhanallahil 'azhim." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menggarisbawahi kemudahan dalam melafalkan dzikir ini, namun pahala yang didapat sangat besar di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW juga bersabda, "Sangat ringan diucapkan, sangat disukai Allah SWT dan sangat berat dalam timbangan kebaikan, yaitu subhanallah walhamdulillah." (Shihab & Shihab Edisi Ramadhan).

Adapun waktu-waktu yang dianjurkan untuk mengucapkan Subhanallah, antara lain:

  • Saat menyaksikan keajaiban ciptaan Allah: Melihat pemandangan alam yang menakjubkan, peristiwa luar biasa, atau merasakan keajaiban ciptaan-Nya merupakan momentum yang tepat untuk mengucapkan Subhanallah sebagai ungkapan kekaguman dan pengakuan akan kebesaran Allah.
  • Setelah shalat fardhu: Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali, dan Allahu Akbar 33 kali setelah shalat, sebagai bentuk dzikir pasca ibadah.
  • Saat mendengar kabar mengejutkan: Baik kabar baik maupun buruk, mengucapkan Subhanallah dapat menjadi ungkapan sekaligus pengingat akan kekuasaan Allah SWT di atas segala sesuatu.
  • Di tengah cobaan: Dalam menghadapi kesulitan atau musibah, mengucapkan Subhanallah dapat menjadi bentuk penguatan iman dan kepasrahan kepada Allah SWT.
  • Pagi dan sore hari: Bertasbih di waktu pagi dan petang, sebagaimana dianjurkan dalam Al-Azhab ayat 42, merupakan amalan yang dianjurkan untuk menjaga kedekatan dengan Allah SWT.
  • Ruku’ dan sujud dalam shalat: Dalam shalat, terdapat bacaan Subhaana rabbiyal 'alaa wa bihamdih dan Subhaana rabbiyal 'adhiimi wabihamdihi yang diucapkan berulang kali, sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT selama menjalankan ibadah shalat.

Dengan memahami makna dan keutamaan Subhanallah, serta mengamalkannya pada waktu-waktu yang dianjurkan, diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan kedekatan kita kepada Allah SWT. Semoga dzikir ini menjadi amalan yang senantiasa kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.