Ketidakstabilan Kabinet Kolombia: Menteri Keuangan Mundur, Picu Kekhawatiran Ekonomi
Ketidakstabilan Kabinet Kolombia: Menteri Keuangan Mundur, Picu Kekhawatiran Ekonomi
Pengunduran diri Menteri Keuangan Kolombia, Diego Guevara, pada Selasa (18/3/2025) telah mengguncang stabilitas politik dan ekonomi negara tersebut. Langkah Guevara, yang baru menjabat selama lebih dari tiga bulan, terjadi hanya beberapa jam setelah parlemen menolak reformasi ketenagakerjaan yang diusulkan Presiden Gustavo Petro, menambah lapisan ketidakpastian pada situasi keuangan publik Kolombia yang telah rawan. Pengumuman pengunduran diri disampaikan Guevara melalui media sosial X, menyebutkan diskusi yang berlangsung tenang dengan Presiden Petro, namun tanpa menjelaskan secara rinci alasan di balik keputusannya. Sumber di Istana Kepresidenan, seperti yang dikutip oleh Reuters, menunjuk pada perbedaan pendapat mengenai pemotongan anggaran sebagai pemicu utama pengunduran diri yang telah diajukan sejak Senin malam.
Peristiwa ini semakin memperumit situasi politik Kolombia di bawah kepemimpinan Presiden Petro, presiden sayap kiri pertama negara tersebut. Sebelumnya, Petro telah melakukan perombakan kabinet yang signifikan, mengganti 12 dari 19 menteri. Pergantian menteri keuangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis ekonomi. Menurut laporan stasiun radio Caracol, German Avila, kepala Grupo Bicentenario, sebuah perusahaan induk yang menaungi sejumlah badan usaha milik negara, akan menggantikan Guevara. Namun, analis dari Banco de Bogotá meragukan kapabilitas Avila dalam mengelola keuangan publik, mengingat pengalamannya yang lebih fokus pada sektor swasta. Mereka memprediksi pergantian menteri yang berulang akan memperburuk ketidakstabilan politik dan ekonomi Kolombia, serta menimbulkan ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga bank sentral.
Kekhawatiran tersebut berdampak nyata pada pasar keuangan. Sebelum kabar pengunduran diri Guevara beredar, nilai tukar peso Kolombia melemah lebih dari 1 persen terhadap dolar Amerika Serikat, mencapai 4.118 peso per dolar AS (sekitar Rp16.300 per dolar AS). Situasi ini semakin mempertegas kerentanan ekonomi Kolombia terhadap gejolak politik dalam negeri. Sebelumnya, Guevara telah menyatakan pemerintah tengah mempertimbangkan penundaan pengeluaran anggaran tahun ini untuk mengatasi tantangan fiskal yang memaksa pemotongan belanja negara. Langkah ini mencerminkan upaya pemerintah untuk mengatasi defisit anggaran dan menjaga stabilitas ekonomi, namun kini dibayangi oleh ketidakpastian politik pasca pengunduran diri Menteri Keuangan.
Ancaman resesi dan potensi ketidakstabilan politik yang lebih luas, menjadi bayang-bayang yang menghantui perekonomian Kolombia. Pergantian menteri keuangan yang cepat dan perdebatan seputar pemotongan anggaran, menunjukkan adanya perbedaan pandangan mendasar antara eksekutif dan legislatif dalam strategi ekonomi nasional. Ke depan, pemerintah Kolombia perlu segera merumuskan langkah-langkah konkrit untuk memulihkan kepercayaan investor dan menstabilkan situasi ekonomi. Kegagalan dalam melakukan hal ini dapat berujung pada krisis ekonomi yang lebih besar.
*Dampak dari Pengunduran Diri: * Pelemahan nilai tukar Peso Kolombia terhadap dolar AS. * Meningkatnya ketidakpastian dalam kebijakan ekonomi. * Potensi memperburuk ketidakstabilan politik dan ekonomi Kolombia. * Ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga bank sentral. * Kekhawatiran investor terhadap stabilitas ekonomi Kolombia.